LONDON (Arrahmah.con) – Kejahatan Islamofobia lebih cenderung menyerang Muslimah ketimbang laki-laki, klaim sebuah penelitian, sebagaimana dilansir oleh Albawaba News, Ahad (29/6/2014).
Korban perempuan rentan mengalami serangan islamofobia karena mereka lebih menunjukkan identitas Muslim mereka yang bisa dlihat dari pakaian mereka, seperti niqab dan jubah, dan mereka juga dianggap sebagai ‘sasaran empuk’, kata peneliti.
Penelitian yang dilakukan oleh akademisi Teesside University menemukan bahwa 54 persen dari korban Islamofobia adalah perempuan.
Empat dari setiap lima penyerang yang dapat diidentifikasi oleh para peneliti adalah laki-laki, dengan sebagian besar dari mereka antara usia 10 dan 30, dilaporkan oleh Jonathan Brown dari The Independent.
Para peneliti juga menyatakan bahwa Muslimah lebih suka memberitahu kepada mereka daripada polisi tentang pengalaman mereka, dengan faktor ketakutan yang berkembang yang menyebabkan beberapa dari mereka takut untuk pergi ke luar.
Laporan itu muncul dua minggu setelah mahasiwi Muslimah, Nahid Almanea, (31), yang dibunuh dengan sadis dengan 16 kali tusukan saat dia berjalan di sepanjang jalanan terpencil untuk mengikuti kelas bahasa Inggris di University of Essex di Colchester.
Detektif mengatakan bahwa salah satu ‘jalur utama’ penyelidikan mereka adalah bahwa mahasiswi Muslimah program doktor yang berasal dari Arab Saudi itu bisa saja dipilih untuk menjadi target karena kerudung dan jubahnya yang panjang.
Seorang pria berusia 52 tahun yang awalnya ditangkap atas kasus ini telah dibebaskan tanpa dakwaan. Tapi pekan lalu polisi menahan seorang pria 19 tahun sehubungan dengan serangan itu. Sampai saat ini belum ada seorang pun yang dijatuhi hukuman.
Penulis studi Dr Matthew Feldman mengatakan: ‘kejahatan kebencian cenderung menjadi fenomena antar laki-laki. Tapi di sini kita melihat justru sebaliknya: orang berkulit putih di bawah 30 menyerang wanita yang mengenakan pakaian Muslimah‘.
Dia menambahkan bahwa di saat kejahatan kebencian lainnya mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir, serangan terhadap Muslim justru meningkat. Peneliti menganalisis insiden anti-Muslim yang dicatat oleh Tell Mama.
Fiyaz Mughal, direktur Tell Mama, mengklaim bahwa serangan Islamofobia secara luas kurang dilaporkan.
Dia mengatakan kepada The Independent: “Kami tahu bahwa kami hanya mendapatkan gambaran tentang apa yang terjadi, tapi rasa takut dan kekhawatiran terlihat jelas di kalangan para Muslimah.”
(ameera/arrahmah.com)