KABUL (Arrahmah.id) — Travel influencer berhijab asal Amerika Serikat (AS), Marian Abdi dikecam habis-habisan di media sosial usai mengunggah foto bersama para anggota Taliban atau Imarah Islam Afghanistan (IIA) di Afghanistan.
Dilansir New York Post (27/8/2024), unggahan itu kian memanas dan menjadi kontroversi karena bertepatan dengan laporan seorang perempuan Afghanistan yang dijatuhi hukuman mati dengan cara dirajam.
Foto Marian dianggap sebagai penyangkalan hak-hak dasar yang meluas terhadap jutaan wanita dan anak perempuan di negara tersebut.
Marian Abdi yang dikenal juga sebagai Geenyada Madow di media sosial mendapatkan reaksi yang keras terkait kunjungannya ke Afghanistan yang disebutnya sebagai ‘dreams come ture’.
“Negara ini sedang memulihkan diri dari 40 tahun perang dan kekacauan. Selama beberapa hari ke depan saya akan berbagi pengalaman saya di Afghanistan, termasuk menggali wawasan tentang orang-orangnya, makanannya, dan budayanya secara keseluruhan,” tulis Madow dalam media sosial Instagram (13/8).
Dari unggahan foto bersama beberapa tentara IIA dan beberapa video itu banyak memicu kontroversi, mendapati kenyataan yang pahit terkait Afghanistan dan hak perempuan di sana. Madow justru berfoto bersama dengan beberapa pasukan IIA.
Kritik semakin melandanya kala Madow mengunggah foto bersama IIA di media sosial X, di mana yang berfoto dengan bibir tersenyum di samping pasukan IIA yang membawa senjata AK-47.
Hal itu menarik perhatian para perempuan dan aktivis untuk mempertanyakan apakah ia telah mengonfrontasi IIA tentang praktek-praktek penindasan seperti merajam perempuan dan melarang mereka untuk mengenyam pendidikan.
“Pada saat anak perempuan dan perempuan Afghanistan dirampas hak-hak paling mendasar mereka, sungguh meresahkan dan tidak dapat diterima melihat seseorang seperti Geenyada Madow yang pergi ke Afghanistan dan bertemu Taliban,” ucap aktivis perempuan Afghanistan, Niloofar Naeimi.
“Tindakan ini mengabaikan penderitaan dan kepedihan jutaan perempuan Afghanistan yang menghadapi penindasan dan penganiayaan di bawah kekuasaan Taliban,” sambungnya.
Kepada media lokal 8AM, mantan pemimpin salah satu gerakan perempuan, Nilofar Ayoubi mengutuk tindakan yang dilakukan oleh influencer itu. Alasannya karena seperti tidak memperlihatkan empati terhadap nasib perempuan di Afghanistan.
“Seorang perempuan Afghanistan telah dijatuhi hukuman mati dengan cara dirajam batu, sementara Nona Madow mengidolakan Taliban,” ujarnya.
Sebetulnya Ayoubi juga mengapresiasi Madow yang sudah berkunjung ke Afghanistan dan menampilkan budaya Afghanistan. Namun ia menyayangkan bagaimana Madow menggambarkan Taliban ke publik, itu sangat meresahkan.
“Meskipun kunjungannya ke Afghanistan dan kreasi kontennya tentang negara dan budaya kita sangat diapresiasi yang disambut baik. Namun yang mengerikan adalah gambaran yang dia lukiskan tentang Taliban,” ujar Ayoubi.
Dalam unggahan Youtube, Madow menceritakan pengalamannya bertemu dengan Taliban dan menyebut ia begitu gugup, selama ia berinteraksi tidak diizinkan untuk direkam. Dan para Taliban itu menanyakan asli Madow dari negara mana.
Madow pun menjawab bahwa ia merupakan orang Somalia dan saat ditanyai berasal dari mana (tinggal) dirinya menjawab AS dan menurutnya pasukan IIA itu mengatakan selamat datang.
Madow juga mengatakan bahwa dirinya pun mempertanyakan kepada IIA itu tentang pendidikan anak perempuan di sana.
“Kita adalah negara baru, pemerintahan baru, dan segala sesuatunya akan berubah, semua butuh waktu,” sebut IIA menurut Madow. (hanoum/arrahmah.id)