NEW DELHI (Arrahmah.com) – Sebuah situs web yang sekarang tidak berfungsi bernama ‘Sulli Deals’ diduga menjual 90 wanita Muslim, kebanyakan orang India. Menurut sebagian pihak, situs ini dibuat untuk menargetkan dan melecehkan wanita muslimah karena ‘Sulli’ adalah bahasa gaul yang menghina wanita Muslim di India.
Dalam lamannya, profil jurnalis, aktivis, analis, seniman, dan peneliti muslimah beserta foto, informasi, dan akun media sosialnya “dilelang”.
Koresponden Senior The Print, Fatima Khan, termasuk di antara mereka ditampilkan di situs web. Padahal, Fatima sama sekali tidak pernah mendaftar di situs itu.
Pemimpin Redaksi The Print, Shekhar Gupta, mengutuk pelecehan itu dan mengatakan insiden itu telah dilaporkan ke komite POSH internal untuk tindakan lebih lanjut.
“Ketika hal-hal seperti ini terjadi, seribu pikiran menakutkan berkecamuk di benak Anda: Apa lagi yang mereka miliki pada saya, bagaimana lagi mereka berencana untuk melecehkan saya?” kata Fatima, dikutip dari The Print (5/7/2021).
Berbicara kepada The Print, para korban mengatakan mereka sedang mempertimbangkan untuk mengajukan FIR kejahatan dunia maya dari Kepolisian Delhi, tetapi tidak berharap untuk mengambil tindakan.
“Ini bukan pertama kalinya wanita Muslim menjadi sasaran. Saya yakin polisi, NCW (Komisi Nasional Perempuan), atau siapa pun dalam hal ini benar-benar peduli tentang ini,” kata pengguna Twitter ‘K’ kepada The Print yang dirinya dicatut juga dalam situs itu.
Sebelumnya pada 13 Mei, akun ‘Liberal Doge’ di Youtube telah membagikan foto-foto editan wanita Pakistan dalam adegan seksual. Saluran tersebut sengaja membagikan video bertepatan dengan Idul Fitri dan memberi judul ‘Spesial Idul Fitri’.
Zainab Sikandar Siddiqui, seorang analis politik India yang fotonya juga digunakan di ‘Sulli Deals’, mengatakan bahwa insiden seperti ini bukan hal baru bagi wanita Muslim. Menurutnya, cyberbullying begitu umum sehingga telah menjadi “norma”.
“Seksualisasi dan penargetan perempuan terjadi di semua bidang, tetapi jelas tidak proporsional bagi muslimah. Terlebih lagi di masa-masa terpolarisasi politik di negara ini ketika ‘Hindu vs Muslim’ adalah tema umum,” katanya.
Pengguna Twitter lain Saniya Sayed, yang juga termasuk di antara mereka yang ada di situs itu, mengatakan lelang ini mirip dengan “perdagangan”, dan menyebut para pelaku di balik situs web tersebut sebagai “calon pemerkosa”.
“Sekelompok pria membuat database wanita Muslim dan menamakannya “Sulli Deals”. Gambar wanita Muslim, termasuk saya, dibagikan di sana. Ini jelas merupakan kasus perdagangan orang, yang secara hukum dan moral salah. Tapi di sini, ada bagian tertentu yang terang-terangan mendukung mereka.” ujarnya.
Hingga kini pemilik situs web belum diketahui. Namun, platform pengembangan perangkat lunak GitHub, yang menjadi hosting situs web tersebut, telah menghapusnya pada Senin (5/7).
“GitHub memiliki kebijakan lama terhadap konten dan perilaku yang melibatkan pelecehan, diskriminasi, dan menghasut kekerasan. Kami menangguhkan akun pengguna setelah penyelidikan laporan aktivitas semacam itu, yang semuanya melanggar kebijakan kami,” kata juru bicara perusahaan kepada The Print. (hanoum/arrahmah.com)