“Saya duduk di penerbangan United Airlines di ketinggian 30.000 kaki dan saya menangis akibat penghinaan diskriminasi,” Tahera Ahmad, Direktur Interfaith Engagement dan Associate Chaplain di Northwestern University, memposting di Facebook.
Menurut postingan itu, pramugari pesawat diduga menolak untuk memberinya kaleng minuman ringan yang belum dibuka, dan pramugari itu mengatakan: “Kami tidak berhak untuk memberikan kaleng yang belum dibuka kepada orang-orang, karena mereka dapat menggunakannya sebagai senjata di pesawat“
Tahera menulis bahwa pramugari itu membawakan kaleng bir yang belum dibuka kepada pria yang duduk di sampingnya.
“Jadi saya mengatakan kepadanya bahwa dia secara jelas melakukan diskriminasi terhadap saya karena dia memberikan kepada pria di sebelah saya sebuah kaleng bir yang belum dibuka. Dia melihat kaleng itu, dengan cepat meraihnya serta membukanya dan berkata, ‘itu agar Anda tidak menggunakannya sebagai senjata.“
Terkejut atas sikap pramugari itu, ia bertanya kepada penumpang di sekitarnya jika mereka menyaksikan perilaku diskriminatif ini, tapi seorang pria yang duduk di di depannya malah mengumpatnya.
“Dia kemudian membungkuk dari tempat duduknya, menatap tajam dan berkata, ‘ya Anda tahu Anda akan menggunakannya sebagai senjata.'”
“Kami secara langsung menghubungi nyonya Ahmad untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dari apa yang terjadi selama penerbangan,” kata pernyataan itu. “Kami juga membahas permasalahan ini dengan Shuttle America, mitra regional kami yang mengoperasikan penerbangan itu.”
“Saya duduk di penerbangan United Airlines di ketinggian 30.000 kaki dan saya menangis akibat penghinaan diskriminasi,” Tahera Ahmad, Direktur Interfaith Engagement dan Associate Chaplain di Northwestern University, memposting di Facebook.
Menurut postingan itu, pramugari pesawat diduga menolak untuk memberinya kaleng minuman ringan yang belum dibuka, dan pramugari itu mengatakan: “Kami tidak berhak untuk memberikan kaleng yang belum dibuka kepada orang-orang, karena mereka dapat menggunakannya sebagai senjata di pesawat“
Tahera menulis bahwa pramugari itu membawakan kaleng bir yang belum dibuka kepada pria yang duduk di sampingnya.
“Jadi saya mengatakan kepadanya bahwa dia secara jelas melakukan diskriminasi terhadap saya karena dia memberikan kepada pria di sebelah saya sebuah kaleng bir yang belum dibuka. Dia melihat kaleng itu, dengan cepat meraihnya serta membukanya dan berkata, ‘itu agar Anda tidak menggunakannya sebagai senjata.“
Terkejut atas sikap pramugari itu, ia bertanya kepada penumpang di sekitarnya jika mereka menyaksikan perilaku diskriminatif ini, tapi seorang pria yang duduk di di depannya malah mengumpatnya.
“Dia kemudian membungkuk dari tempat duduknya, menatap tajam dan berkata, ‘ya Anda tahu Anda akan menggunakannya sebagai senjata.'”
“Kami secara langsung menghubungi nyonya Ahmad untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dari apa yang terjadi selama penerbangan,” kata pernyataan itu. “Kami juga membahas permasalahan ini dengan Shuttle America, mitra regional kami yang mengoperasikan penerbangan itu.”