ISTANBUL (Arrahmah.com) – Warga Uighur Turki yang tinggal di Istanbul masih terus menggelar protes di depan konsulat Ciina menuntut informasi terkait kondisi keluarga mereka yang ditahan di kamp konsentrasi dan kerja paksa di Cina.
Menandai hari protes ke-13, para pengunjuk rasa terdiri dari akademisi, pengusaha dan pegawai negeri mengatakan mereka tidak mendengar kabar dari anggota keluarga mereka di Cina selama bertahun-tahun.
Para pengunjuk rasa membawa spanduk dalam empat bahasa berbeda untuk menarik perhatian terhadap penderitaan anggota keluarga mereka.
Sejauh ini, tidak ada staf konsulat Cina yang berbicara dengan mereka, kata seorang pengunjuk rasa.
Omer Faruk Yazici, seorang politisi dari Partai Saadet Turki, yang menghadiri protes tersebut mengatakan, “Hari ini bukan hanya sejarah individu yang dicuri dan dihapus, tetapi juga seluruh bangsa.”
Dia mengutuk kebijakan tidak manusiawi dari pemerintah Cina.
“Yang lebih mengecewakan adalah seluruh dunia tetap diam menghadapi kekejaman ini,” tambah Yazici, sebagaimana dikutip dari Anadolu Agency (7/1/2021).
Cina banyak dikritik karena memasukkan warga Uyghur ke kamp-kamp, dan ada laporan tentang tindakan sterilisasi paksa terhadap wanita Uighur.
Kebijakan Beijing di Xinjiang telah menuai kecaman luas dari kelompok-kelompok hak asasi termasuk Amnesty International dan Human Rights Watch, yang menuduhnya mengucilkan 12 juta orang Uighur di Cina, yang sebagian besar adalah Muslim.
Wilayah itu adalah rumah bagi 10 juta warga Uyghur. Kelompok Muslim Turki, yang membentuk sekitar 45 persen dari populasi Xinjiang, telah lama menuduh otoritas Cina melakukan diskriminasi budaya, agama dan ekonomi.
Lebih dari satu juta orang, atau sekitar 7 persen dari populasi Muslim di Xinjiang, ditahan dalam kamp “pendidikan ulang politik”, menurut pejabat AS dan pakar PBB.
Kamp-kamp tersebut telah dikaitkan dengan kerja paksa dan pemandulan paksa. (hanoum/arrahmah.com)