SRI LANKA (Arrahmah.com) – Menjadi korban intimidasi dan perusakan harta benda, Muslim Sri Lanka menyuarakan kekhawatiran mendalam bahwa mereka akan seperti Tamil yang menjadikan Islam sebagai musuh utama Ummat Budha.
“Kami telah hidup damai, bersatu, dengan agama lain selama berabad-abad,” kata Sheik Fazil Farook, sekretaris bidang media Kongres Ulama Muslim, sebuah organisasi dari 6.000 ulama di Sri Lanka, sebagaimana dirilis oleh onislam, Selasa (14/1/2014).
“Hanya beberapa waktu lalu terjadi gejolak di sini karena ada beberapa kelompok kecil yang mencoba untuk membagi masyarakat, kelompok garis keras yang mengaku sebagai umat Buddha.”
“Mayoritas masyarakat tidak menyetujuinya.”
Saat perang sipil berakhir, membawa harapan bahwa negara itu bisa menjadi bersatu. Serangan yang sering dilakukan oleh Buddha radikal terhadap minoritas Muslim menjadikan Sri Lanka kembali menghadapi ketegangan internal.
Selama perang sipil 30 tahun lalu antara Macan Pembebasan Tamil (LITE) dan pemerintah pusat, umat Islam di pulau itu, meskipun berbahasa Tamil, berpihak pada pemerintah melawan LTTE.
Seruan terakhir oleh Perdana Menteri Inggris David Cameron untuk mengadakan penyelidikan internasional atas pelanggaran hak asasi manusia yang diduga terjadi selama perang LTTE yang dikecam oleh Muslim Sri Langka.
“Guncangan ini adalah kejadian baru bagi kita. Saya pikir mereka takut ekstremisme atau terorisme seperti yang terjadi di bagian negara lain,” Farook, generasi keenam Sri Lanka.
“Tapi Muslim di Sri Lanka sangat berpendidikan. Kami memiliki tingkat melek huruf 99 persen. Kami tidak akan mendukung tindakan terorisme.”
Dalam tindakan kekerasan terbaru yang mereka lakukan terhadap minoritas Muslim, Budha Sri Lanka menyerang industri halal yang berkembang di negara Asia, dan mereka ingin menghapus logo halal.
“Ini benar-benar mengejutkan kami,” kata Farook.
“Tapi kami memutuskan, OK, kita akan menyerah. Daging-daging ini juga masuk ke rumah-rumah mereka.”
“Hanya satu dari 52 perusahaan yaang menarik sertifikat mereka. Tapi mereka masih halal, sehingga benar-benar tidak memiliki dampak.”
“Kami 10 persen dari populasi, tetapi perusahaan Halal telah merebut 20 persen dari pasar,” Farook diklaim.
“Ini yang membuat mereka marah.”
Untuk tetap menjaga kehidupan yang harmoni di negara mereka, para sarjana Muslim di Sri Lanka memutuskan pada Maret 2013 untuk merelakan menghapus logo halal pada semua produk untuk membantu meredakan ketegangan dengan umat Buddha.
Muslim Sri Lanka , yang dikenal sebagai “Moor”, adalah kelompok etnis terbesar ketiga di negara itu setelah Sinhala. Para pengamat mengatakan bahwa pemerintah berada di bawah tekanan untuk menyerah pada mayoritas Buddha setiap kali ada benturan etnis. Selama perang sipil yang panjang di negara itu, komunitas Muslim sering terjebak di antara dua pihak yang bertikai.
Muslim hidup tersebar di seluruh pulau dari Galle di selatan ke semenanjung Jaffna yang didominasi Tamil di utara. Muslim telah hidup di Sri Lanka sejak zaman raja-raja kuno dan telah membuat banyak pengorbanan untuk negara Sri Lanka. Muslim juga ikut mendukung pemerintah untuk mengakhiri perang. (ameera/arrahmah.com)