BUTHIDAUNG (Arrahmah.com) – Seorang pria Muslim Rohingya dari kota Buthidaung, negara bagian Arakan, Myanmar, telah dipukuli dengan kejam oleh sekelompok ekstremis Buddhis Rakhine dan perawat rumah sakit.
Menurut laporan yang didapat media lokal Rohingya Blogger (RB News), insiden itu terjadi pada Ahad (17/11/2013) ketika Zafar Hussein bin Nur Hussein , dari desa Thein Taung Pyin di kota tersebut, dipukuli secara sadis oleh 20 warga Rakhine yang dipimpin oleh Maung Hla Mya dan Maung Phyu. Mereka memukuli Zafar dengan tongkat dan pedang dan kemudian setelah puas mereka melemparkannya ke sebuah sudut di desa itu.
Beberapa orang dari desa tersebut yang menyadari suara korban yang tak berdaya itu, tulis RB News, mereka memberitahu kantor polisi Buthidaung tentang kejadian itu. Setelah itu Zafar dibawa ke kantor polisi dan polisi membawanya ke rumah sakit pemerintah untuk perawatan medis.
Sadisnya, para perawat di rumah sakit itu justru menambah luka Zafar dengan memukulinya tanpa belas kasihan menggunakan sendal mereka dan memaksa Zafar agar dikeluarkan dari rumah sakit.
Menunjukkan kemarahan atas kunjungan Organisasi Kerjasama Islam baru-baru ini ke Arakan, para perawat kejam itu berteriak kepada Zafar, “Mintalah bapak OKI-mu untuk merawatmu!”
Lebih lanjut RB News melansir bahwa korban telah berusaha untuk melapor ke kepala polisi, administrasi kota, dan otoritas lainnya di Buthidaung. Namun tidak ada tindakan yang dilakukan terhadap gerombolan ekstremis dan para perawat kejam itu.
Sebelumnya, seorang pelajar Muslim di daerah yang sama bernama Maung Thang Naing, tewas dibunuh oleh seorang staf Departemen Imigrasi dan Kehutanan, dan hingga saat ini tidak ada tindakan hukum yang diambil terhadap pelaku.
Gerombolan teroris Rakhine amat marah atas kunjungan delegasi-delegasi OKI ke Myanmar, khususnya Arakan, pada pekan lalu untuk melihat keadaan Muslim Rohingya di kamp-kamp pengungsian. Salah satu pelampiasan kemarahan mereka, mereka menyerang sebuah masjid di kota Kyauk Phyu pada Senin (17/11) hingga 75% bagian masjid itu hancur dan madrasah Islam yang berada di depan masjid dan dinding-dinding luar masjid juga dihancurkan.
Berulang kali peyerangan semacam itu terjadi terhadap Muslim dan bangunan-bangunan milik Muslim di negara mayoritas penganut Buddha itu, tetapi tidak ada langkah konkrit dari pemerintah Myanmar untuk menghentikan dan mencegahnya terjadi kembali. (siraaj/arrahmah.com)