ARAKAN (Arrahmah.com) – Ribuan Muslim Rohingya di Myanmar hidup dalam kondisi yang sangat mengerikan di kamp-kamp pengungsian setelah etnis Buddhis Rakhine dibantu pasukan pemerintahan membakar rumah-rumah mereka.
Seorang pria Muslim di salah satu kamp pengungsian di provinsi Rakhine (Arakan) mengatakan kepada wartawan Presstv bahwa sebagian besar anak-anak menderita kekurangan gizi dan hampir 100 orang telah meninggal akibat tersebarnya berbagai macam penyakit.
Pengungsi itu mengatakan bahwa pemerintah Myanmar dan warga Buddhis lokal telah bersekongkol dalam membakar desa-desa mereka dan memaksa mereka meninggalkan rumah mereka.
Sekitar 20.000 Muslim tinggal di kamp tersebut, di mana pasokan makanan telah disediakan oleh Program Pangan Dunia (WFP) PBB.
Meskipun pemerintah Myanmar telah mengizinkan para pengamat internasional dan tim bantuan kemanusiaan masuk ke Arakan, tetapi masih banyak para pengungsi lainnya yang tinggal lebih jauh yang dihalangi dari pandangan internasional oleh militer Myanmar.
Seorang pria Muslim lainnya di kamp itu menceritakan tentang sedikit pengalamannya, ia mengatakan bahwa para Buddhis Rakhine bersama polisi lokal berusaha membakar sebuah Masjid ketika ia sedang melaksanakan sholat.
Walaupun mereka adalah orang-orang yang selamat diantara Muslim di bagian Arakan lainnya yang terus mengalami penindasan dan tempat tinggal mereka terancam menjadi kuburan massal, tetapi mereka yang berada di pengungsian itu tinggal di tempat yang sangat tidak layak.
Pada 19 Juni 2012, Presiden Myanmar Thein Sein mengatakan bahwa satu-satunya “solusi” untuk Muslim Rohingya adalah mengirim (mengusir) mereka ke pengungsian yang dikelola PBB atau negara ketiga yang mau menerima mereka. Namun PBB menolak ide tersebut, tidak bersedia mendirikan kamp pengungsian bagi Muslim Rohingya. (siraaj/arrahmah.com)