LONDON (Arrahmah.com) – Setelah berbulan-bulan terjadi pembersihan etnis populasi Muslim di Republik Afrika Tengah (CAR), sebuah kelompok hak asasi manusia terkemuka telah mengungkapkan bahwa Muslim yang masih berada di sana menghadapi represi dan kristenisasi di tangan milisi Kristen anti-Balaka, dalam upaya untuk menghapus komunitas Muslim dari negara itu.
“Setelah memaksa puluhan ribu Muslim pergi dari CAR bagian barat, milisi anti-Balaka sekarang menekan identitas agama dari ratusan Muslim yang masih berada di sana atau yang telah kembali,” Joanne Mariner, penasihat senior tanggap krisis Amnesty International, kepada Agence France Presse (AFP), sebagaimana dilansir oleh onislam, Sabtu (1/8/2015).
Kelompok hak asasi manusia yang berbasis di London ini merilis laporan pada Jum’at (31/7/2015) yang mengatakan bahwa Muslim yang selamat dari pembantaian tahun lalu kini sedang terancam dan “dipaksa untuk meninggalkan agama mereka.”
Laporan Amnesty yang berjudul “Identitas yang terhapus: Muslim di daerah etnis yang dibersihkan dari Republik Afrika Tengah,” mengatakan bahwa ummat Islam yang telah kembali ke rumah mereka di sebagian besar wilayah bagian barat negara itu setelah tragedi pembunuhan besar-besaran tahun 2014, mereka dilarang oleh milisi bersenjata dan terlatih anti-Balaka untuk menjalankan atau mengamalkan agama mereka di depan umum.”
Beberapa orang “telah dipaksa masuk Kristen dengan ancaman akan dibunuh,” tambah laporan itu.
Laporan itu juga mengutip kesaksian seorang Muslim yang dipaksa untuk masuk Kristen di wilayah Sangha-Mbaere yang menegaskan bahwa Muslim dipaksa untuk masuk agama Kristen oleh milisi Kristen anti-Balaka.
“Kami tidak punya pilihan selain bergabung dengan Gereja Katolik. Anti-Balaka bersumpah bahwa mereka akan membunuh kami jika kami tidak mengikuti,” kata saksi Muslim itu kepada Amnesty International.
Laporan Amnesty itu datang hanya beberapa hari setelah International Rescue Committee (IRC) mengatakan bahwa Republik Afrika Tengah “membutuhkan awal yang baru, atau akan menjadi studi kasus dari negara yang gagal”.
Muslim Republik Afrika Tengah telah menghadapi kematian di tangan milisi Kristen anti-Balaka sejak akhir 2013 dan awal 2014.
Menurut laporan PBB, milisi anti-Balaka menggerebek rumah Muslim, membunuh anak-anak dan perempuan, melakukan penjarahan dan merusak properti.
Seiring dengan pembunuhan, penculikan, penyiksaan dan penangkapan sewenang-wenang serta penahanan, penyelidikan PBB juga menemukan bukti adanya kekerasan seksual.
Desember lalu, HRW memperingatkan bahwa ratusan warga Muslim di bagian barat Republik Afrika Tengah berada dalam kondisi yang menyedihkan.
(ameera/arrahmah.com)