LAGOS (Arrahmah.com) – Mencegah semakin berkembangnya hijabophobia di sekolah-sekolah Lagos, sebuah organisasi Islam terkemuka merencanakan protes ke kantor gubernur guna mendesak mengakhiri jatuhnya korban pelanggaran atas hak-hak konstitusional para siswa Muslim.
“Apa yang terjadi di beberapa sekolah umum di negara ini sudah tidak dapat diterima,” kata Zhikirul-lahi Sulaiman, Asisten Sekretaris Jenderal Masyarakat Mahasiswa Islam (MMS) kepada koran Leadership, seperti dilansir OnIslam pada Jum’at (1/3/2013).
Otoritas sekuler Lagos telah melarang pemakaian jilbab di sekolah. Pakaian muslim juga dilarang di sebagian besar negara-negara barat. Protes MMS merupakan aksi mengutuk banyaknya korban yang merupakan para siswa Muslim hanya karena mereka mengenakan jilbab di sekolah.
Memblokir pintu masuk ke kantor gubernur, pengunjuk rasa membawa plakat bertuliskan “Hijab adalah hak kami” dan “Hentikan Hijabophobia ini”. Mereka mengacu pada insiden terbaru di mana siswa Muslim dihukum karena mengenakan jilbab.
“Bayangkan seorang siswa SMP Kadara, Ebutte Metta baru-baru ini mendapat 43 pukulan rotan dari salah satu gurunya hanya karena dia mengenakan jilbab ke sekolah,” kata Sulaiman.
“Barira Tajudeen, siswa lain dari SMA Tata Bahasa Mafoluku, Oshodi diskors pada Rabu (20/2/2012) lalu oleh otoritas sekolah hanya karena ia menutup kepalanya dengan jilbab,” tambahnya.
Pakaian muslim telah menjadi sorotan publik setelah Perancis melarangnya di sekolah-sekolah umum pada tahun 2004. Sejak itu, beberapa negara barat mengikuti.
“Ini adalah salah satu dari begitu banyak pelecehan,” kata Sulaiman.
“Konstitusi negara mengakui hak setiap orang untuk menjalankan agama apapun yang menjadi pilihannya. Jadi, kebiasaan jelek ini harus dihentikan,” tambahnya.
Larangan hijab telah memancing kontroversi di Nigeria selama berbulan-bulan. Bulan April tahun lalu, sekelompok pengacara Muslim mengatakan mereka menuntut pemerintah Lagos, negara terbesar Nigeria, untuk menghentikan larangan pemakaian jilbab di sekolah. Langkah itu dilakukan menyusul kegagalan pembicaraan dengan pemerintah untuk meyakinkan pihak berwenang Lagos menghentikan larangan jilbab terhadap Muslim di sekolah-sekolah.
Umat Muslim mencapai 55 persen dari 140 juta penduduk Nigeria, sementara Kristen hanya 40 persen. Ketegangan etnis dan agama telah bergejolak selama bertahun-tahun antara dua komunitas agama. Hal ini didorong oleh kebencian antara kelompok-kelompok pribumi yang sebagian besar Kristen atau animise, yang berlomba-lomba untuk menguasai lahan pertanian subur, dengan para pendatang dari utara yang merupakan Muslim berbahasa Hausa. (banan/arrahmah.com)