MALAWI (Arrahmah.com) – Terjepit oleh memburuknya situasi perekonomian di negara mereka, Muslim Malawi memanfaatkan bulan suci Ramadhan untuk berdoa sebagai solusi bagi krisis ekonomi yang terus terjadi yang berdampak berat bagi masyarakat miskin di negara Afrika
bagian selatan.
“Situasi ekonomi negara itu telah memburuk untuk beberapa waktu. Terlepas dari keyakinan agama, kami telah memutuskan untuk mendedikasikan bulan Ramadhan di tahun ini untuk berdoa bagi solusi untuk krisis ini,” ujar Abdul Fattani, Direktur Nasional Badan Bantuan Islam kepada OnIslam.
“Oleh karena itu kami mengumpulkan seluruh Muslim di negara ini untuk menunjukkan semangat patriotisme mereka untuk mengatur waktu setiap harinya selama periode puasa untuk berdoa agar kekacauan ekonomi negara ini berakhir,” lanjutnya.
Selama sebulan, Fattani mengatakan Muslim di Malawi juga akan berdoa bagi kesatuan negara dan perdamaian di Malawi.
“Akhir-akhir ini telah ada ancaman sosial dan politik untuk persatuan dan perdamaian di negara ini. Oleh karena itu kami menyerukan semua Muslim untuk datang berdoa bersama-sama selama bulan Ramadhan bagi persatuan nasional dan perdamaian
Malawi,” ujar Fattani.
Mendukung inisiatif tersebut, ekonom Dr. Yusuf Aufi mengatakan krisis ekonomi yang terjadi di negara itu telah membuat hidup lebih sulit bagi ummat Islam selama bulan Ramadhan, karena sebagain besar kebutuhan dasar (sembako) harganya sangat
tinggi dan tidak terjangkau oleh masyoritas Muslim.
“Oleh karena itu, berakhirnya krisis ekonomi ini akan memberikan bantuan untuk Muslim dan non-Muslim. Pedagang harus mencoba mendukung Muslim selama Ramadhan dengan mengurangi harga bahan pokok yang banyak dicari selama bulan Ramadhan untuk meringankan Muslim yang berpenghasilan rendah,” ungkap Aufi kepada OnIslam.
“Muslim sendiri harus mencoba untuk menumbuhkan semangat berbagi selama Ramadhan. Muslim yang memiliki harta cukup harus berbagi dengan mereka yang kurang atau tidak ada sama sekali. Dengan cara ini, hidup bagi si miskin akan dibuat lebih mudah. Biarkan bulan Ramadhan menjadi bulan yang menyenangkan, bukan bulan penderitaan. Kita harus menemukan jalan keluar dari krisis ini,” lanjut Aufi.
Tantangan
Ketua Asosiasi Muslim Malawi (MAM), Muhammad Idrissa mengatakan ummat harus bangkit untuk melawan krisis ekonomi saat ini dan bekerja untuk mencari solusi.
“Krisis ekonomi saat ini telah meningkatkan penderitaan orang miskin. Kita perlu melakukan sesuatu untuk memperbaiki gambar ini. Kita tidak bisa duduk diam sementara orang-orang yang harus kita layani tengah sakit. Kita perlu meminta
kepada Allah untuk solusi. Situasi ini melampaui hikmat manusia,” ujar Idrissa kepada OnIslam.
“Sangat disayangkan bahwa selama beberapa tahun perekonomian negara belum menunjukkan tanda-tanda membaik. Situasi ini berdampak negatif pada masyarakat miskin. Selama bulan Ramadhan, Muslim berpenghasilan rendah sangat berjuang untuk mendapatkan bahan makanan pokok yang harganya terus meningkat.”
“Saya ingin mengajak dalam semangat persaudaraan, mari kita menjangkau mereka yang membutuhkan berbagai macam bantuan selama bulan ini. Situasi ekonomi yang buruk di negara ini harusnya tidak menjadi penghalang bagi masyarakat miskin untuk
memenuhi kewajiban agama yang penting ini.”
“Sangat menyakitkan untuk berpuasa sepanjang hari, namun saat berbuka tidak ada apa-apa untuk dimakan. Mari kita berbagi apa yang kita miliki dan menunjukkan cinta dan komitmen agama,” lanjutnya.
Untuk mengatasi dampak krisis bagi Muslim miskin, Esa Arab, direktur eksekutif untuk Superior Food Market di Malawi mengatakan ia telah mengurangi harga untuk komoditas penting selama bulan puasa yang memungkinkan mayoritas Muslim untuk
mengaksesnya.
“Ramadhan adalah salah satu pilar penting dalam agama kita. Buruknya kinerja ekonomi seharusnya tidak menghalangi kita dari menjalani bulan suci ini. Mari kita memungkinkan sumber daya yang tersedia bagi mereka yang tidak dapat dengan mudah mengaksesnya.
Dia juga mengatakan perusahaannya telah mendistribusikan paket makanan gratis untuk Muslim miskin di daerah pedesaan Malawi selama bulan Ramadhan.
“Ada puluhan Muslim miskin yang bahkan tidak memiliki sarana untuk membeli sesuatu untuk diri mereka sendiri. Oleh karena itu kami telah memutuskan untuk mendistribusikan barang makanan gratis yang cukup untuk mereka selama sebulan. Kemiskinan seharusnya tidak menjadi alasan,” tambahnya.
Malawi terlempar ke dalam krisis ekonomi menyusul penarikan 40 persen dari donor setelah skandal keuangan besar yang melihat jutaan dollar AS uang pembayaran pajak dicuri oleh politisi, pegawai pemerintah dan pebisnis.
Berbicara selama pembukaan dari pembicaraan Anggaran Negara 2015-2016, Menteri Keuangan Goodall Gondwe mengatakan negara Malawi cenderung akan menyelinap ke dalam krisis ekonomi yang lebih dalam.
Krisis ekonomi telah mempengaruhi layanan sosial berkualitas. Rumah sakit umum negara yang menyediakan layanan kesehatan gratis telah mengalami kekurangan kritis pelayanan medis penting selama bertahun-tahun.
Bank Dunia menyatakan Malawi sebagai salah satu negara termiskin di Afrika dengan mayoritas penduduk miskin harus berjuang untuk bertahan hidup dengan penghasilan kurang dari 1 USD per hari. (haninmazaya/arrahmah.com)