LILONGWE (Arrahmah.com) – Dalam upaya putus asa untuk mengekang penyebaran virus HIV/AIDS di masyarakat Malawi, pemimpin tradisional Muslim telah menuntut larangan penggunaan kondom bagi orang-orang yang belum menikah, dengan alasan bahwa hal itu memicu penyebaran wabah AIDS di wilayah itu.
“Islam selalu menentang penggunaan kondom bagi mereka yang belum menikah,” Dr Imran Shareef, Sekretaris Jenderal Badan Muslim tertinggi negara itu, Dewan Ulama Malawi, kepada OnIslam.net.
Kami mengizinkan kondom digunakan hanya untuk pasangan diskordan (pasangan yang salah satunya positif HIV) dan dalam situasi tertentu, seperti apabila seorang ibu dalam masa menyusui selama 2 tahun, tapi selain itu, kami benar-benar menentangnya. Larangan ini akan menyelamatkan generasi berikutnya negeri ini dari bahaya lebih lanjut. “
Dr Shareef mengomentari perdebatan baru-baru ini seputar penggunaan kondom di Malawi.
Perdebatan itu meletus setelah sekelompok pemimpin tradisional Muslim dari wilayah selatan yang mayoritas Muslim mengejutkan aktivis HIV dan AIDS baru-baru ini selama debat publik tentang gender, HIV dan AIDS yang diselenggarakan oleh Network of AIDs Service Organizations (MANASO).
“Sebagai pemimpin tradisional, kami telah memperhatikan dengan seksama pada level ini bahwa kita akan kehilangan pria dan wanita muda yang bisa menjadi warga negara yang produktif di negara kita karena wabah ini. Menurut pengamatan kami bahwa kondom memicu HIV dan AIDS,” Senior Kepala Kadewere mengatakan dalam debat itu.
“Jika pemerintah bisa melarang kondom dan menyatakan bahwa siapa pun yang belum menikah kemudian ditemukan menggunakan kondom, harus berhadapan dengan hukum. Hal ini dapat membantu mencegah penyebaran penyakit mematikan ini.”
Kadewere menambahkan: “Orang-orang yang belum menikah melakukan hubungan seks untuk bersenang-senang karena ada kondom. Tetapi jika Anda amati di negara-negara Islam seperti di Arab Saudi di mana kondom dilarang, tingkat penyebaran HIV dan AIDS sangat rendah. Di sini orang menggunakan kondom ketika mereka tidur dengan orang asing, tetapi ketika mereka saling mengenal satu sama lain, mereka berhenti menggunakan kondom.”
“Jika hal ini dilarang, orang bisa takut, karena mereka akan meragukan status masing-masing. Jika ada orang yang dapat menghindari kondom maka mereka akan mulai berupaya untuk menghindarinya bila kondom dilarang. Pelarangan kondom adalah satu-satunya cara yang ampuh yang akan membantu meminimalkan penyebaran wabah ini.”
Sependapat dengan Kadewere, Kepala Senior Likoswe mengatakan bahwa dulu masih mungkin bagi anak-anak untuk mengindahkan pesan pantangan dari orang tua mereka, tetapi sekarang telah terkikis oleh pemasaran kondom yang meluas di masyarakat.
“Sebelumnya kami memiliki ‘kondom’, yaitu dalam bentuk pesan bahwa anak laki-laki dan perempuan harus saling menjauh satu sama lain. Ini bekerja secara mengagumkan, tapi sekarang hal itu sudah hilang.“
Dr Shareef, Sekretaris Jenderal Dewan Ulama Malawi, menyatakan dukungan serupa.
“Karena itu kami sangat mendukung usulan larangan kondom, di mana kondom sering digunakan hanya untuk melakukan hubungan seksual di luar nikah.”
Dukungan atas pelarangan kondom tidak hanya terbatas pada Muslim Malawi saja, Fr. George Buleya, Sekretaris Jenderal Konferensi Waligereja dari Malawi (ECM), memuji saran itu sebagai “langkah ke arah yang benar“.
“Langkah yang diambil oleh para pemimpin tradisional merupakan langkah yang tepat untuk membawa situasi saat ini ke keadaan yang normal,” kata Fr. Buleya kepada OnIslam.net.
“Anak muda kita menempatkan hidup mereka dalam resiko karena terlalu berharap kepada kondom. Akibatnya, mereka menjalani kehidupan yang liar. Kondom telah menjadi satu-satunya harapan bagi banyak orang di negeri ini. Mereka menggunakannya sebagai senjata untuk terlibat dalam segala macam perilaku seksual yang merusak. Sebagai kelompok keagamaan Kristen terbesar di negara ini, kami mendukung penuh proposal ini,” katanya.
Malawi adalah rumah bagi Muslim yang merupakan 36 persen dari 16 juta penduduk negara itu. Islam adalah agama terbesar kedua di Malawi setelah Kristen.
Wilayah Afrika Selatan merupakan salah satu penyebaran HIV dan AIDS tertinggi di dunia dengan sekitar 80.000 orang meninggal setiap tahun, menurut Komisi Pengendalian AIDS Nasional, sebuah organisasi yang mengelola isu-isu yang berkaitan dengan wabah AIDS di negara ini.
Kasus pertama HIV dan AIDS didiagnosa di Malawi pada tahun 1985.
Bank Dunia menyebut Malawi sebagai salah satu negara termiskin di dunia, dengan mayoritas masyarakatnya masih hidup miskin dengan penghasilan kurang dari US $ 1 per hari. Kemiskinan tersebut salah satunya adalah akibat meluasnya wabah AIDS dan HIV di negara itu.
“Kami mengajukan usulan pelarangan kondom ini kepada mereka yang merumuskan berbagai kebijakan tentang HIV dan AIDS. Jika hal ini tidak dapat diterapkan secara efektif dalam jangka pendek, setidaknya kita harus menemukan cara untuk meminimalkan keinginan yang tak terpadamkan dari masyarakat terhadap kondom,” kata Kadewere OnsIslam.net dalam wawancara terpisah.
“jika hal ini tidak dilakukan, semua upaya untuk melawan wabah ini akan sia-sia,” tambahnya.
(ameera/arrahmah.com)