PRISTINA (Arrahmah.com) – Sekitar 1.000 orang pada Jumat pekan lalu melakukan aksi protes di ibukota Kosovo terhadap pemerintah yang melarang muslimah menggunakan khimar (kerudung) di sekolah-sekolah umum.
“Kami meminta larang ini dihentikan secepat mungkin,” kata Bujar Xhikoti, perwakilan para demonstran.
Demonstran yang diorganisasikan oleh organisasi non pemerintah “Join Us” mengingatkan pemerintah bahwa mereka akan terus mengintensifkan protes serupa jika larangan itu tidak dihentikan dalam waktu satu bulan.
Sambil mengusung sejumlah poster bertuliskan “Perdana Menteri Hashim Tachi tidak boleh mendiskriminasi kami, karena kami adalah Muslim” dan meneriakkan takbir, para demonstran meminta pemerintah mengizinkan muslimah mengenakan pakaian yang menjadi kewajiban mereka ke sekolah.
Xinhua melansir bahwa pemerintah Kosovo mengeluarkan larangan ini sebagai usaha untuk menjadikan Islam sebagai sesuatu yang asing, meskipun Islam merupakan bagian dari identitas rakyatnya.
Belum lama ini, sejumlah siswa muslimah dihalangi untuk mengikuti pelajaran karena mereka enggan melepaskan khimar yang mereka kenakan ke sekolah.
Lebih dari 90% penduduk Kosovo sendiri adalah muslim, namun nilai-nilai dan budaya Barat sudah mendominasi masyarakat, dan lebih dari itu, menjadi acuan bagi pemerintahnya untuk mengeluarkan kebijakan.
Setelah memisahkan diri dari Serbia tahun 2008, Kosovo mengadopsi sekularisme sebagai landasan konstitusinya, yakni memisahkan agama dari negara. (althaf/arrahmah.com)