JAKARTA (Arrahmah.id) – Jutaan Muslim di Indonesia bersiap-siap untuk menyambut bulan suci Ramadhan, yang diperkirakan akan dimulai pada Kamis (23/3/2023), dengan berbagai tradisi dan upacara di seluruh negeri dengan penduduk mayoritas Muslim terbesar di dunia ini, di tengah-tengah melonjaknya harga-harga pangan.
Mulai dari pawai obor di jalan yang penuh warna hingga membersihkan makam kerabat dan berbagi makanan dengan keluarga dan teman, setiap daerah di kepulauan Asia Tenggara yang luas ini tampaknya memiliki caranya sendiri untuk menandai dimulainya bulan Ramadhan, yang menyoroti warisan budaya bangsa yang beragam.
Menteri urusan agama pada Rabu malam (22/3) akan mencoba mengamati penampakan bulan sabit (rukyatul hilal) untuk menentukan hari pertama bulan suci. Jika bulan tidak terlihat, seperti yang diperkirakan, hari pertama Ramadhan akan jatuh sehari kemudian. Sebagian besar masyarakat Indonesia -yang terdiri dari hampir 90 persen dari 277 juta penduduk Indonesia- diperkirakan akan mengikuti tanggal yang ditetapkan pemerintah.
Kelompok Islam terbesar kedua di Indonesia, Muhammadiyah, yang memiliki lebih dari 60 juta anggota, mengatakan bahwa menurut perhitungan astronomi, Ramadhan akan dimulai pada Kamis.
Selama bulan Ramadhan, umat Islam menahan diri dari makan, minum, merokok, dan melakukan hubungan seksual sejak matahari terbit hingga terbenam. Pada malam hari, keluarga dan teman-teman berkumpul dan makan bersama dalam suasana yang meriah.
Setelah shalat Maghrib, banyak anak laki-laki dan perempuan di Jakarta berparade di jalan-jalan di lingkungan padat penduduk untuk menyambut bulan suci. Mereka membawa obor dan memainkan lagu-lagu Islami diiringi dengan tabuhan rebana.
Masyarakat di provinsi Aceh merayakan awal Ramadhan dengan perayaan Meugang dengan menyembelih hewan seperti lembu atau kerbau, serta hewan-hewan yang lebih kecil seperti ayam dan bebek. Daging hewan kemudian dimasak dan dibagikan kepada keluarga, teman, dan bahkan fakir miskin serta anak yatim piatu dalam sebuah pesta bersama yang bertujuan untuk menyatukan masyarakat.
Ratusan warga di Tangerang, sebuah kota di luar Jakarta, berduyun-duyun ke Sungai Cisadane untuk mandi dalam sebuah tradisi yang melibatkan pencucian rambut dengan sampo jerami padi untuk menyambut bulan puasa dengan pembersihan spiritual secara simbolis.
Islam mengikuti kalender lunar, sehingga Ramadhan dimulai sekitar satu setengah minggu lebih awal setiap tahunnya. Pada akhir Ramadhan, umat Islam merayakan hari raya Idul Fitri, di mana anak-anak sering menerima pakaian dan hadiah baru.
Kementerian Perdagangan Indonesia mengatakan bahwa harga-harga bahan makanan pokok impor termasuk gandum, gula, daging sapi, dan kedelai telah meningkat tajam tahun ini karena kenaikan harga-harga komoditi global dan gangguan-gangguan pada rantai suplai, terutama setelah invasi Rusia ke Ukraina.
Namun banyak orang mengatakan bahwa kenaikan harga-harga ini tidak hanya berdampak pada makanan-makanan impor, tetapi juga pada komoditas-komoditas lokal seperti beras, telur, cabe, minyak kelapa sawit, dan bawang. Harga gas dan listrik juga naik. Banyak yang menyalahkan pemerintah atas hal ini.
Beberapa umat Muslim khawatir bagaimana mereka akan mengatasi masalah keuangan selama bulan Ramadhan tahun ini.
“Harga-harga naik setiap minggu. Kenapa pemerintah tidak bisa membantu mengatasi hal ini? Semua yang berkaitan dengan masak-memasak naik,” kata Yulia Ningsih, seorang ibu dari dua anak yang tinggal di Jakarta, seperti dilansir AP.
“Saya khawatir kenaikan harga pangan dan energi akan berdampak pada perayaan Ramadhan.” (haninmazaya/arrahmah.id)