KOLKATA (Arrahmah.com) – Masyarakat Muslim di India menolak keras klaim badan intelijen India bahwa madarasah-madrasah Islam adalah sarang “teroris”.
“Dulu, tuduhan yang sama juga dilemparkan terhadap madrasah-madrasah di India. Tetapi, baik kelompok Hindu maupun badan keamanan yang bisa memberikan bukti untuk mendukung tuduhan mereka,” kata Zafarul-Islam Khan, presiden All India Muslim Majlies-e-Mushawarat (AIMMM), sebuah badan yang berbasis di New Delhi yang memayungi ormas-ormasi Islam India, kepada OnIslam.net.
“Tuduhan terhadap madrasah-madrasah Bengal juga tidak berdasar.”
Kampanye anti-Madrasah ini menyusul sebuah insiden ledakan yang terjadi pada Oktober lalu di sebuah tempat pembuatan bom tersembunyi di distrik Bardhaman di negara bagian Bengal Barat.
Setelah investigasi awal, badan intelijen India mengklaim bahwa ledakan itu, yang menewaskan dua pria dan melukai lainnya, telah membantu mereka untuk menjaring gerakan Islam Jamaat ul-Mujahideen Bangladesh (JMB).
Badan Nasional Investigasi India (NIA) juga menuding para pembuat bom diam-diam memproduksi granat dan alat peledak lainnya untuk digunakan terhadap Sheikh Hasina yang memimpin pemerintahan di Bangladesh, dann menuduh bahwa JMB melatih para pemuda Muslim untuk aktivitas jihad yang mereka sebut “teroris” di beberapa madrasah di India.
Beberapa koran India bahkan mengatakan bahwa JMB telah berencana untuk melancarkan serangan terhadap beberapa target India, termasuk sebuah pangkalan tentara India di Bengal Barat dan bandara Kolkata.
Lebih dari itu, beberapa koran Kolkata juga membuat laporan bahwa orang-orang yang dituding sebagai para pembuat bom itu terkait dengan sebuah madrasah di dekat desa Shimulia di mana para gadis Muslimah didorong untuk melakukan aksi bom “bunuh diri”.
Baik NIA maupun koran-koran itu belum mempunyai bukti bahwa madrasah-madrasah Islam terkait dengan aksi “terorisme”. Walaupun demikian NIA telah menggeledah setidaknya enam madrasah di Bengal Barat pada bulan lalu, termasuk di Shimulia, mereka menyita kitab-kitab berbahasa Arab dan Urdu, menuduhnya sebagai material yang terkait dengan “terorisme”.
Meskippun NIA belum menyimpulkan bahwa madarasah terlibat dalam “terorisme”, tetapi kelompok-kelompok Hindu telah melancarkan kampanye menentang madarasah-madarasah Islam.
Akhil Bharatia Vidyarthi Parishad (ABVP), para mahasiswa dari kelompok sayap kanan Hindu Rashtriya Swayamsevak Sangh (RSS) telah berdemonstrasi di seluru distrik di Bengal Barat pada 7 November untuk menuntut pemerintah menutup semua madrasah Islam tradisional. (siraaj/arrahmah.com)