KOLKATA (Arrahmah.com) – Para tokoh Muslim di India telah menyuarakan kemarahan terhadap pemerintah India terkait pemberian visa bagi penulis anti-Islam asal Bangladesh Taslima Nasrin yang diasingkan.
“Bertentangan dengan praktek di India, dia mendapatkan izin tinggal yang tengah diperpanjang secara teratur,” kata Zafarul-Islam Khan, presiden nasional dari All India Muslim Majlis-e-Mushawarat (AIMM), kepada OnIslam.net.
“Sulit untuk memahami dan merasionalkan mengapa golongan kelas penguasa India, yang mencakup atas Kongres dan BJP, sangat tertarik untuk memberikan perlindungan bagi seseorang yang menjadi buronan hukum di negaranya sendiri,” tambahnya.
Khan adalah salah satu dari Muslim India yang marah dan menolak keputusan terbaru pemerintah itu untuk memberikan Nasrin izin tinggal dalam jangka waktu yang lama.
Nasrin, seorang dokter yang kemudian menjadi penulis, melarikan diri dari Bangladesh pada 1994 setelah novelnya “Lajja” dilarang beredar karena tuduhan menyerukan perubahan pada Al-Qur’an.
Setelah menghabiskan 11 tahun di Eropa dan AS, Nasrin mencari perlindungan ke India pada 2004. Dia tinggal di Kolkata pada 2005, sebuah lingkungan yang penduduknya berasal dari etnis Bengali.
Namun setelah beberapa koran berbahasa India dan Urdu pada 2007 menerbitkan terjemahan bagian otobiografi Nasrin yang kontroversi berjudul “Dwikahandito”, yang mana dikatakan memfitnah karakter Nabi Muhammad (shalallahu ‘alayhi wa sallam), Muslim India mulai bangkit menentangnya.
Pemberian visa Nasrin telah menjadi perdebatan sengit di India, kemarahan umat Islam kian menjadi setelah mengeti dalam negeri India Rajnath Singh berjanji akan memberikan Nasrin izin tinggal selama 50 tahun.
“Saya merasa ada yang aneh bahwa kelas penguasa yang sama, yang bersemangat menawarkan perlindungan bagi orang asing, tidak peduli untuk melindungi salah satu seniman terbesar, MF Husain, yang dipaksa untuk hidup di pengasingan oleh para preman Hindutva dan telah meninggal dunia di negeri yang asing,” kata Khan. (siraaj/arrahmah.com)