NEW DELHI (Arrahmah.com) – Sekitar 16.000 dari 200.000 orang telah meninggalkan atau kehilangan rumah mereka selama kerusuhan di tahun 2002 di Bharatiya Janata, Muslim Gujarat terus menjalani hidup sengsara di 15 koloni bantuan tanpa fasilitas dasar.
Seorang relawan Jan Vikas, sebuah LSM yang baru-baru ini mengadakan demonstrasi memprotes kerusuhan yang melanda mayoritas Muslim di Ahmedabad, menuntut atap permanen untuk para korban dan mengatakan kepada para wartawan bahwa meskipun air dan listrik tidak tersedia di koloni selama 12 tahun, mereka harus diberikan setidaknya kepemilikan untuk gubug bobrok mereka saat ini, lansir The News (8/3/2014).
Menurut Hozefa Ujjaini, koordinator program Jan vikas, pemerintah belum menyiapkan kamp bantuan untuk keluarga pengungsi, tetapi LSM Muslim telah datang untuk menyelamatkan mereka.
Masih menurutnya, warga koloni mengalami kesulitan hidup dan ketakutan bahwa mereka mungkin kehilangan atap di atas kepala mereka setiap harinya.
Jan Vikas telah menerbitkan laporan rinci di tahun 2012 mengenai kehidupan sulit yang dialami korban kekerasan ekstrimis Hindu di 83 kamp pengungsi. Klaim mengenai tanah yang didirikan koloni di atasnya adalah ilegal, berarti bahwa orang-orang yang hidup di koloni ini tidak memiliki akses ke fasilitas dasar seperti air, listrik dan selokan.
Memang, dengan tidak adanya bukti alamat, keluarga tidak memiliki akses ke banyak skema penerima untuk si miskin.
Awal pekan ini, mereka menyerahkan daftar tuntutan ke wakil kolektor dan juga mengirimkan salinannya ke menteri, gubernur dan komisi hak asasi manusia.
“Kami bahkan tidak bisa kembali ke tempat tinggal kami sebelumnya sebelum kerusuhan karena kami adalah saksi dalam banyak kasus kerusuhan dan terdakwa berada di luar dengan kebebasan. Karena itu kami sangat takut untuk kehidupan kami,” ujar seorang pengungsi yang selamat dari kekerasan ummat Hindu terhadap Muslim Gujarat namun kehilangan istri dan enam anaknya.
Pekan lalu, LSM lokal lain, Jan Sangharsh Manch, bersama dengan Bharatiya Muslim Mahila Andolan, Niswan dan Anhad juga telah mengadakan demonstrasi bersama di Ahmedabad menuntut keadilan, rehabilitasi dan kompensasi bagi para korban kekerasan. (haninmazaya/arrahmah.com)