BEIJING (Arrahmah.com) – Muslim Cina merayakan hari raya Idul Fitri dengan melakukan shalat berjama’ah di masjid Niucie di Beijing. Dikenal sebagai salah satu masjid tertua di wilayah turis Cina, masjid Niucie dibangun selama era Sultan Abdulhamid II dan pada saat itu masjid tersebut sebagai bagian dari Universitas Hamidiya Beijing.
Universitas tersebut berkontribusi terhadap hubungan Ottoman-Cina yang positif, yang membawa Muslim Cina menjadi lebih dekat ke Istanbul dan Khilafah, meskipun mendapatkan penentangan dari Barat.
Masjid Niucie pertama kali dibangun pada 996 selama Dinasti Liao dan dibangun kembali serta diperbesar di bawah kekuasaan Kaisar Kangxi dari Dinasti Qing dan menjalani renovasi besar setelah masjid itu dibakar oleh Genghis Khan pada tahun 1215 dan kemudian diperluas lagi selama dinasti Qing pada tahun 1696.
Tampak dari luar, masjid ini tak ubahnya seperti bangunan tradisional Cina lainnya yang dikelilingi oleh tembok batu setinggi kurang lebih 2 meter. Bahkan jika tidak benar-benar memperhatikan, bangunan ini tak tampak seperti masjid. Hanya ada semacam kubah kecil yang menandakan bahwa bangunan itu adalah masjid, itu pun tampak samar.
Ruang utama untuk shalat adalah seluas 600 meter persegi, dan dapat menyimpan lebih dari 1.000 jama’ah.
Seperti bangunan Cina pada umumnya, warna merah menyala menjadi warna utama pada desain interior dan eksterior bangunan kompleks masjid, terutama pada bangunan utamanya (Worship Hall). Interior masjid merupakan perpaduan masjid klasik di Arab dan kerajaan Cina. Dinding, karpet, pintu masjid utama didominasi oleh warna merah serta dihias dengan kaligrafi Arab dan ukiran Cina warna keemasan.
(ameera/arrahmah.com)