BEIJING (Arrahmah.com) – Meskipun ada ratusan ribu siswa Cina yang memutuskan setiap tahun untuk melanjutkan pendidikan mereka di negara-negara Barat, akan tetapi masih ada beberapa yang memilih untuk pergi ke Timur Tengah, Global Times melaporkan pada Ahad (10/12/2017).
Sebagian besar didominasi Muslim, para siswa Cina ini biasanya harus melewati sejumlah rintangan yang jauh lebih banyak untuk memperoleh kesempatan masuk ke universitas ideal mereka daripada mereka yang memilih melanjutkan di AS atau Uni Eropa.
Omer, seorang pelajar Muslim di usianya yang masih 20 tahun dari Provinsi Shanxi Cina Utara, saat ini sedang belajar di Universitas Yordania di Amman. Ia merajut mimpinya untuk belajar di negara Arab sejak pertama kali belajar bahasa Arab di sekolah menengah.
Omer memilih Yordania sebagai tujuannya karena merupakan salah satu negara yang lebih stabil di kawasan Timur Tengah. Selama liburan, ia gunakan untuk mengunjungi tempat-tempat bersejarah di wilayah tersebut seperti piramida Mesir dan kuil-kuil di Baalbek, Libanon.
Selama perjalanan kembali ke Cina awal tahun ini, Omer menikahi Sophia, yang berasal dari Daerah Otonom Xinjiang Uighur dari Cina Barat Laut. Ketika Omer kembali ke Timur Tengah untuk melanjutkan studinya, istrinya, yang juga diterima di Universitas Jordan, memutuskan untuk bergabung dengannya. Keduanya menyewa apartemen dengan satu kamar tidur di dekat kampus dengan harga sekitar 2.000 yuan ($ 300) per bulan, yang menurut Omer terlalu mahal.
Sementara Omer telah sangat menyukai Yordania, seorang pelajar Cina lainnya, Eid, merasakan hal yang terbalik. Ia menuturkan bahwa ia sangat rindu pada kampung halaman selama belajar di Timur Tengah.
Eid, dari Provinsi Gansu, belum berusia 20 tahun. Dia mengatakan bahwa dia merasakan tinggal di Cina lebih baik setelah menuju ke Kairo untuk belajar. Dia mengungkapkan bahwa dia sangat kecewa oleh sikap penduduk setempat yang berkeliaran di tempat wisata dengan mengemis uang.
Salah satu keuntungan yang dinikmati siswa Cina saat belajar di Timur Tengah adalah biaya kuliah yang lebih rendah daripada di negeri sendiri.
Namun, karena beberapa ketidakstabilan di wilayah ini, para pelajar Cina sering mengalami masalah dengan visa mereka. Beberapa siswa mengatakan bahwa mereka telah ditolak masuk oleh pihak imigrasi setempat tanpa alasan yang jelas saat kembali dari liburan di Cina. (althaf/arrahmah.com)