Belum kering luka lama, luka baru muncul, begitulah ibaratnya penderitaan Muslim di Burma yang nyaris tak pernah henti, umat Muslim Burma (Myanmar) yang menjadi tunawisma kian bertambah.
Kekerasan yang baru-baru ini terjadi meninggalkan ratusan Muslim tanpa rumah, tanpa harta benda. Bukan hal yang mudah untuk membangun rumah kembali, mengingat harta mereka telah ludes dilalap api.
“Akan sangat sulit untuk membangun lagi rumah kami kembali,” ujar U Aung San (40) kepada Agene France Presse (AFP) pada Ahad (1/9/2013), seperti dilansir OnIslam.
“Sebagian orang mengungsi di rumah-rumah terdekat atau bersama para kerabat,” tambah lelaki Muslim yang merupakan salah satu di antara para korban itu.
Sebagaimana ratusan Muslim lainnya, Aung San menjadi tunawisma setelah sekitar 1000 ekstremis Buddhis anti-Muslim menyerbu desa-desa Muslim di Htan Gone, kota Kanbalu, Wilayah Sagaing pada Sabtu (24/8) malam.
Para teroris itu membakar sejumlah rumah dan toko-toko warga Muslim sekitar, akibatnya puluhan rumah dan toko milik Muslim hancur terbakar. Sekitar 42 rumah dan 19 tempat usaha umat Islam hancur.
Dalam laporan MRTV News, media lokal, merinci bahwa 39 rumah Muslim, 3 toko dan 1 peternakan ayam dibakar, ditambah lagi 3 rumah, 12 toko bahan sembako, 3 toko bangunan dihancurkan.
Aung San menambahkan bahwa sekitar 220 Muslim yang kehilangan rumah mereka telah mengungsi di sebuah sekolah, Madrasah Islam.
Selain memporak-porandakan rumah mereka, para ekstremis Buddhis itu kini membuat warga Muslim tidak merasa aman. Padahal, selama bertahun-tahun sebelumnya, warga Muslim hidup damai bersama tetangga mereka, menurut Aung San.
“Mereka telah hidup dengan damai selama bertahun-tahun dan ini pertama kalinya mereka melihat kekerasan,” katanya, sembari menambahkan bahwa situasi sekarang cukup tenang.
Sejak kekerasan terhadap Muslim Burma memanas tahun lalu di negara bagian Arakan, Myanmar, sentimen anti-Muslim menyebar ke wilayah-wilayah lainnya di negara mayoritas penganut Buddha tersebut.
Penyebab serangan terhadap Muslim di Kanbalu ini tidak jelas. Tetapi kabarnya, seperti dilaporkan RB News, saat sedang terjadi serangan di kota tersebut, Wirathu, biksu yang terkenal ekstrem dan penghasut yang berbasi di Mandalay, memposting di akun Facebook-nya berita yang memprovokasi kekerasan. Dia menuduh bahwa tiga pria Muslim memperkosa seorang gadis Buddhis berumur 19 tahun. Namun kemudian terbukti itu hanyalah rumor, tetapi kebanyakan pengikutnya mempercayainya.
Sejak kekerasan besar-besaran terhadap Muslim Rohingya di Arakan, rezim Myanmar telah mendapatkan kecaman keras dari dunia internasional karena membiarkan insiden seperti itu terjadi. Namun, dengan segala kekuatan yang dimilikinya, pemerintah Burma tidak mampu mencegah tindakan brutal segerombol warga Buddhis terhadap warga Muslim, bahkan cenderung membiarkannya. (siraaj/arrahmah.com)