(Arrahmah.com) – Bersatunya umat islam di negeri ini patut diapresiasi. Dalam setiap aksinya , aksi bela islam 212, 411,dll. Umat islam mengedepankan kedamaian, keindahan, kebersamaan, dan menjunjung tinggi hukum.
Lebih – lebih terhadap para tokoh penggeraknya,semisal M.Al Khothoth,Ust.Arifin Ilham, Ust.Bachtiar Natsir, Habib Riziq Shihab, Amin Rais,dll. Sebab koordinasi terbaik mereka umat Islam laksana satu tubuh. Tidak terjadi kerusuhan, kebersihan terjaga, saling berbagi,dan mentaati aturan.
Rakyat menginginkan keadilan tegak di negeri ini, penista agama islam dihukum sesuai dengan hukum yang berlaku, menolak pembubaran ormas HTI, menolak kriminalisasi ulama,dll.
Reaksi dari rezim Jokowi, bukannya menyanjung dan memberi kehormatan kepada umat islam,justru aksi-aksi umat dipandang keliru, upaya untuk melemahkan pun dilakukan.Kebal dengan tindakan fisik maka tindakan non fisik ditempuh juga.Umat islam halal darahnya atas nama terorisme, M.Al Khothoth dipenjarakan,pembubaran ormas islam HTI,dan yang terkini memberikan citra buruk pada Habib Riziq Shihab (HRS) dan Amin Rais (AR).HRS dituduh melakukan chat mesum,dan AR dituduh melakukan korupsi pengadaan alat-alat kesehatan.
Jelas tuduhan ini mengada-ada dan tanpa bukti yang kuat.Rezim terus melakukan kriminalisasi terhadap tokoh tokoh Aksi Bela Islam.Menurut Wakil Ketua Dewan Syuro PKS,Hidayat Nur Wahid, “Mencuatnya nama Mantan Ketua MPR ( Amin Rais ) itu dalam persidangan adalah bentuk pembunuhan karakter”.[ http:www.panjimas.com/ news/2017/06/06/ soal-amin-rais-mmi-ada-semacam-balas-dendam- dan-pembusukan-karakter-beliau ].Dengan menyebarkan citra buruk ini diharapkan akan menghapus kepercayaan umat pada mereka.
Sekularisme biang kegaduhan
Sekularisme memaksa para elit politik alergi dengan islam,menyingkirkan peran ulama dan agama lalu mengedepankan ambisi kekuasaan,segala cara akan ditempuh dalam rangka melanggengkannya.
Machiavellisme menjadi asas dan panglima dalam berpolitik.Bagi mereka negara adalah sebagai kontrak sosial bukan merealisasikan ajaran agama islam.Proyeksi dari asas ini,hukuman yang diberikan pada penista agama jauh dari yang seharusnya,bahkan cenderung dibebaskan saja.
Cocok untuk agama – agama selain islam,seperti kristen.Agama – agama diluar islam tidak memiliki kelengkapan ajaran bagi kehidupan manusia.Agama – agama tersebut secara umum hanya memuat ajaran moral dan peribadatan.Tak ada aturan yang detail tentang berbagai aspek kehidupan,seperti dalam aspek sosial,ekonomi,apalagi politik dan pemerintahan.
Berbeda jauh dengan sistem politik islam,politik menurut ajaran islam bermakna melayani umat,memelihara urusan umat.Ini berarti mengambil hukum Islam ( Al qur an ,Hadits, Ijma’ Sahabat, dan Qiyas) sebagai standar perbuatan dan solusi dari berbagai persoalan hidup yang muncul.
Tentunya harapan ini mudah diwujudkan dalam sistem yang telah dicontohkan oleh teladan terbaik kita,Nabi Muhammad Shallalhu alaihi wa Sallam, sistem Khilafah Islamiyah.Dengan terwujudnya sistem ini keadilan bukan lagi sebatas mimpi,kewibaaan umat terjaga,sebab para pengemban sistem ini menyadari bahwa jabatan adalah amanah, untuk menegakkan dan menyebarkan islam di muka bumi.Para pemimpin menjunjung tinggi hukum yang konsekwensinya akan berhadapan langsung dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala kelak di yaumul hisab.
Telah banyak bukti sejarah berbicara, Abu bakar As Sidiq, pemimpin yang lembut sekaligus tegas dalam mengatasi problem yang sulit dan genting.Umar bin Khoththob,pemimpin yang menjunjung tinggi kesederhanaan hidup,bertindak cepat dan tidak pandang bulu terhadap siapa saja yang melakukan kesalahan.Utsman bin Affan,Ali bin Abi Thalib,Umar bin Abdul Aziz,dll adalah figur yang patut dijadikan cermin bagi para pemimpin negeri ini.
Sungguh perjuangan kemerdekaan Indonesia diraih dengan semangat keagamaan,ruhul jihad.Bahkan dalam pembukaan UUD 1945 dicantumkan kalimat ” Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa,…”. Idealnya nilai – nilai islam dijadikan pondasi dalam kehidupan politik.Mencontoh figur kepemimpinan Rosulullah, dan para kholifah sesudahnya diteladani untuk diambil positifnya dan dijadikan pelajaran untuk sesuatu yang negatif.
Pemerintahan Jokowi harusnya menyadari bahwa dirinya adalah abdi rakyat bukan abdi kekuasaan, memelihara kehidupan rakyat adalah kebenaran bagi dirinya.Jadikan islam sebagai jalan untuk merealisasikanmya,maka kewibawaan akan terwujud nyata.Jangan seperti kacang lupa kulitnya,menjadikan sekularisme sebagai asas lalu bertindak represif dan cenderung anti terhadap umat islam.
Aulia, Kedamean ,Gresik
(*/arrahmah.com)