BAKU (Arrahmah.com) – Muslim Azerbaijan memprotes pembatasan publikasi dan distribusi materi-materi keislaman, langkah yang dinilai sebagai upaya untuk membendung pertumbuhan kelompok-kelompok keagamaan di negara tersebut, demikian seperti dilansir Onislam.
Pemerintah Azerbaijan telah memberlakukan pembatasan publikasi literatur keagamaan.
“Kami butuh literatur sama seperti yang lainnya,” kata Faiq Mustafa, seoarang jamaah dari masjid Lezgi di ibukota Azerbaijan, Baku, kepada The Institute for War and Peace Reporting (IWPR), dikutip Onsilam.
“Tidak seperti pandangan stereotipe bahwa kami berkumpul di masjid untuk mengobrol, kami harus banyak membaca untuk menyadari aturan-aturan Islam untuk pernikahan, kekayaan, pendapatan, dan sebagainya,” kata Mustafa.
Pada Desember 2011, parlemen Azerbaijan memperkenalkan amandemen legislatif untuk membatasi materi-materi keagamaan.
Onislam melaporkan bahwa bulan lalu parlemen Azerbaijan menambahkan bahwa semua barang-barang tersebut -audio dan video serta literatur- harus mendapatkan stempel resmi persetujuan pemerintah, dan membatasi penjualannya.
Sama seperti sebagian besar negara-negara mantan Uni Soviet lainnya, Azerbaijan telah mengalami kebangkitan keislaman yang dibatasi sejak kemerdekaan tahun 1991.
Pemerintah Presiden Ilham Aliyev itu telah dituduh memperketat pengawasan terhadap umat Islam di negara tersebut.
Pada pertengahan 2010, otoritas Azerbaikan memerintahkan semua pegawai negeri untuk menghapus simbol-simbol yang terkait dengan Islam -seperti ayat-ayat Al-Quran- dari kantor mereka.
Negara tersebut juga mewajibkan semua komunitas keagamaan untuk mendaftar pada Komite Negara yang mengurus urusan keagamaan. (siraaj/arrahmah.com)