SYDNEY (Arrahmah.com) – Drama penyanderaan yang dilakukan seorang pria Iran-Australia di Lindt Chocolate Cafe, Sydney pada Senin (15/12/2014) menciptakan kesan “Australia diserang Daulah Islam”. Kontan hal tersebut mencetus inisiatif Ummat Islam Australia untuk mengecam dan berlepas tangan dari perilaku mengancam dan membunuh nyawa orang tak berdosa semacam itu, sebagaimana dikutip BBC dari Australian Muslim Community pada Senin (15/11).
BBC melaporkan bahwa kelompok-kelompok Muslim Australia mengeluarkan pernyataan menolak “setiap upaya untuk mengambil nyawa tak berdosa dari setiap manusia, atau untuk menanamkan rasa takut dan teror dalam hati mereka.”
Terkait bendera liwa at-tawhid yang terlihat di jendela ckafe, mereka menyatakan bahwa, “Kami mengingatkan semua orang bahwa prasasti Arab pada bendera hitam [itu] tidak mewakili pernyataan politik, namun menegaskan kesaksian iman yang telah disalahgunakan oleh orang-orang sesat yang tidak mencerminkan siapa pun, kecuali dirinya sendiri.“
Muslimin Australia juga menyatakan, bahwa kini adalah saatnya semua masyarakat Australia yang multikultur harus bersatu. Bahkan, bersama masyarakat non-Muslim, Ummat Islam Australia menginisiasi gerakan #I_stand_beside_you dan #I’llridewithyou. Dengan demikian, masyarakat tidak hanya mendukung para korban sandera dan keluarganya, namun juga akan saling menjaga bersama warga Muslim Autralia, seiring meningkatnya kecaman kepada orang dengan atribut Islam.
Muslim Australia juga turut berduka cita atas meninggalnya 2 korban sandera yang ditempak oleh pelaku. Saat ini baik, Ummat Islam, maupun masyarakat Sydney umumnya telah bersatu mendukung keluarga korban.
Negosiasi Polisi dimentahkan, 2 sandera tewas
Untuk menangani insiden penyanderaan tersebut, sebelumnya polisi menghubungi tersangka dan berusaha melakukan negosiasi.
“Pendekatan kami adalah untuk mengatasi situasi sedamai mungkin,” Deputi Komusaris Kepolisian New South Wales Catherine Burn mengatakan dalam sebuah konferensi pers yang diadakan Senin malam (15/11). “Prioritasnya adalah keselamatan semua yang terlibat.”
Namun polisi menyerbu gedung setelah tembakan terdengar dari dalam. Sandera berlari dari kafe dengan tangan mereka sebelum polisi bersenjata berat ditargetkan ke kafe sekitar pukul 02.15 waktu setempat dan terlibat baku tembak dengan tersangka.(lihat video di atas)
Setelah lima orang melarikan diri, pria bersenjata itu menahan12 sandera selama setidaknya 16 jam di Lindt Chocolate Cafe di kawasan pusat bisnis. Pelaku masuk ke kafe sekitar pukul 09.40 waktu setempat, Senin (15/12). Ketika dia memasuki kafe, tengah mengenakan bandana hitam dan menggunakan perempuan pengunjung kafe sebagai perisai manusia.
Dalam insiden tersebut tercatat 3 korban jiwa, dan penyandera merupakan salah satunya. Sandera yang terbunuh adalah Katrina Dawson (38), seorang pengacara, ibu dari 3 anak, dan Tori Johnson (34), manajer kafe tersebut.
Menurut NBC12, pelaku sandera, Man Haron Monis, sebelumnya pernah dihukum karena mengirimkan surat penuh kebencian kepada keluarga tentara Australia yag dikirim ke Afghanistan, dengan mengatai mereka “tentara Hitler.” Pria kelahiran Iran yang diduga berat sebagai seorang syiah mengaku dirinya seorang ulama dan sering berbicara secara kompulsif di radio-radio dan di media sosial. Akun-akunnya, termasuk Twitternya senantiasa diblokir pemerintah karena kicauannya meresahkan masyarakat, dan menciptakan ketegangan SARA di Australia, khususnya Sydney.
Sementara, Perdana Menteri Australia Tony Abbott dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa, “Ini jelas merupakan insiden sangat memprihatinkan.
“Australia adalah masyarakat yang damai, terbuka dan murah hati. Tidak pernah harus mengubah itu, dan itulah sebabnya saya akan mendorong semua warga Australia hari ini untuk tetap menjalankan bisnis mereka seperti biasa,” ujarnya pada Senin (15/11). (adibahasan/arrahmah.com)