WASHINGTON (Arrahmah.com) – Masyarakat Muslim di Amerika Serikat hidup dalam kondisi ketakutan di tengah aktivitas intelijen yang terus menekan minoritas tersebut, seorang aktivis Muslim AS menyatakan, dikutip Press TV pada hari Jumat (2/9/2011).
“Muslim di Amerika sebenarnya hidup dalam kondisi ketakutan: takut saat mereka di rumah, takut untuk bekerja di luar rumah, bahkan takut dalam merayakan Idul Fitri. Muslim merasa tertekan dan terus dimata-matai di sini, di Amerika,” kata Abdul Alim Musa, imam di Masjid al Islam di Washington.
Ia mengungkapkan hal ini sebagai reaksi atas laporan terbaru yang mengindikasikan bahwa Departemen Kepolisian New York (NYPD) dan Badan Intelijen Pusat AS (CIA) terus menguntit kehidupan komunitas Muslim pasca serangan 11 September.
“Ini adalah pelanggaran besar terhadap hak-hak Muslim dan kami yakin bahwa disana ada usaha yang sengaja dibuat oleh pemerintah untuk menyebarkan suasana kecurigaan dan ketidakpercayaan di tengah-tengah Muslim,” Musa menekankan.
Musa berpendapat bahwa Zionis Israel dan AS adalah orang yang paling mendapatkan manfaat dari tekanan yang diberikan pada komunitas Muslim.
“Jika anda ingin menggali hal ini, orang-orang yang merasa terancam oleh kebangkitan Islam adalah Zionis, penjajah Palestina. Kemudian, mereka yang berhubungan dengan pemerintah AS, yang menganggap bahwa setiap kemajuan yang kami buat adalah ancaman bagi stabilitas mereka,” katanya.
Menurut laporan terbaru yang dirilis oleh Pew Research Center berdasarkan hasil jajak pendapat yang memperlihatkan bahwa 55 persen muslim Amerika yakin bahwa kebijakan anti-teror pemerintah AS telah menjadikan mereka objek bagi aktivitas pengawasan dan pemantauan berlebihan.
Jajak pendapat itupun memperlihatkan bahwa kesewenang-wenangan terhadap Muslim oleh pihak bandara, aparat penegak hukum, dan yang lainnya telah meningkat jauh dibanding survei pertama tahun 2007.
Hampir 43 persen responden Muslim mengeluhkan bahwa mereka mengalami kekerasan dan pelecehan tahun lalu. Angka ini meningkat dari 40 persen pada tahun 2007. (althaf/arrahmah.com)