BANGUI (Arrahmah.com) – Sejak kekerasan sektarian yang terus meminta korban baru, umat Islam di Republik Afrika Tengah Republik menyatakan harapan mereka agar perdamian kembali dirasakan di negara mereka, di mana umat Islam dan Kristen hidup berdampingan secara damai selama beberapa dekade.
“Kami selalu hidup berdampingan dengan orang-orang Kristen dengan damai dan kami berharap kekerasan sektarian di sini segera berakhir dan kami kembali kepada kehidupan normal,” Sheikh Ahamadu Misil, seorang sarjana Muslim yang bekerja untuk Bantuan Kemanusiaan Islam, sebuah LSM lokal yang memberikan bantuan kepada umat Islam di CAR dan di negara tetangga Kamerun, kepada Anadolu Agency, sebagaimana dirilis oleh onislam, Kamis (12/12/2013).
Pernyataan Sheikh Misil merujuk kepada kekerasan sektarian yang terjadi di Republik Afrika Tengah yang baru-baru ini terjadi setelah Presiden Michel Djotodia menyatakan dirinya sebagai pemimpin Muslim pertama di negara itu setelah mengalahkan Presiden Bozize pada 24 Maret 2013.
Sebagai pemegang tampuk kekuasaan, Djotodia telah berjuang untuk mengendalikan anggota kelompok Seleka.
Menurut laporan berita, pemberontak jahat mantan panglima perang ternyata telah menyiapkan “kerajaan kecil” dan menaburkan teror di desa-desa.
Di sisi lain, milisi Kristen, yang dikenal sebagai “anti-Balaka”, melancarkan serangan balasan terhadap Muslim, membunuh dan memaksa ribuan warga Muslim keluar dari desa mereka.
Meneriakkan slogan-slogan anti-Muslim, laki-laki milisi bersenjatakan parang telah menghancurkan sebuah masjid besar di Bangui dan membakar beberapa mobil yang diparkir di dekatnya.
Perusakan tidak terbatas pada Masjid Bangui, setidaknya tiga masjid kecil lainnya juga telah diserang di Bangui Selasa lalu.
Menurut Syekh Misil, warga Muslim sudah muak dengan kekerasan ini dan sangat menginginkan pemulihan perdamaian dan keamanan.
“Kekerasan ini harus dihentikan,” pintanya.
Sejak serangan intensif di CAR, banyak warga Muslim yang terpaksa meninggalkan desa mereka, dan tinggal di kamp-kamp darurat.
Namun, yang memilih untuk tetap tinggal di dalam rumah, berdoa kepada Allah agar perdamaian di negara mereka kembali pulih.
“Jika situasi membaik, kami berencana untuk mengunjungi lingkungan Kristen dan memberitahu mereka bahwa kami ingin hidup bersama mereka dalam damai seperti yang kami lakukan sebelumnya.”
Osman Yusuf, warga Muslim lain Bangui, memberikan pendapat yang sama.
“Saya melihat banyak mayat minggu lalu,” katanya kepada AA melalui telepon.
“Saya berdoa agar perdamaian bisa kembali. Kristen dan Muslim harus belajar untuk hidup bersama,” tambahnya.
Negara Republik Afrika Tengah berpenduduk hampir lima juta orang yang sebagian besar Kristen, dengan sekitar 15 persen Muslim yang terkonsentrasi di utara.
Setidaknya 400 tewas dan ratusan lainnya terluka sejak Kamis lalu ketika milisi Kristen, yang setia kepada Presiden Francois Bozize, melancarkan beberapa serangan dari utara, menurut kantor kemanusiaan PBB.
Menurut perkiraan PBB, kekerasan terbaru telah memaksa lebih dari 400.000 orang-hampir sepuluh persen dari penduduk negara itu-meninggalkan rumah mereka.
Kekerasan sektarian di Republik Afrika Tengah semakin meningkatkan kekhawatiran internasional bahwa bangsa itu berada di ambang perang sipil yang sengit.
Namun demikian, Sheikh Misil optimis bahwa pada akhirnya perdamaian di Republik Afrika Tengah akan kembali pulih.
“Dunia harus bersatu dan menyelamatkan orang-orang dari Republik Afrika Tengah dari kekerasan sektarian yang sedang berlangsung,” pintanya. (Ameera/Arrahmah.com)