CIANJUR (Arrahmah.com) – Memasuki musim kemarau, sejumlah wilayah di Kabupaten Cianjur sudah menunjukkan gejala kesulitan air bersih dan air irigasi.
Dari hasil pemetaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cianjur, setidaknya ada 18 kecamatan dan total 32 kecamatan di Cianjur yang dinyatakan siaga kekeringan.
Sejumlah kecamatan tersebut, antara lain Kec. Agrabinta, Kec. Cidaun, Kec. Tanggeung, Kec. Kadupandak, Kec. Pasirkuda, Kec. Cijati, Kec. Pagelaran, Kec. Sukanagara, Kec. Campaka, Kec. Campakamulya, Kec. Cibeber, Kec. Cilaku, Kec. Bojongpicung, Kec. Ciranjang, Kec. Cianjur, Kec. Karangtengah, Kec. Sukaluyu, dan Kec. Haurwangi.
“Sepuluh kecamatan di antaranya berada di wilayah Cianjur Selatan. Tiap tahun setidaknya di beberapa kecamatan memang sudah menjadi wilayah rawan kekeringan. Namun ada kecamatan yang biasanya tidak pernah kekurangan air, namun tahun lalu mengalami kekeringan dan masuk dalam pemetaan kekeringan yang kami buat,” ujar Kepala BPBD Cianjur, Asep Suhara kepada, tulis pikiranrakyat.com, Ahad (24/8/2014).
Beberapa dinas yang berkaitan, termasuk dinas pertanian, kata Asep, sudah berupaya melakukan penanggulangan di antaranya dengan mengatur jadwal pemberian air atau gilir giring secara lebih ketat serta pengadaan pompa air.
“Kendala kami juga beberapa sumber air mengalami penyusutan debit. Namun, jika dari awal pola tanam antar daerah bisa diatur bisa saja distribusi air juga bisa diatur. Bagi beberapa wilayah yang memang minim sumber air seperti sungai dan merupakan areal sawah tadah hujan bisa dari awal mengganti jenis tanaman padi menjadi palawija,” katanya.
Sementara itu, Dinas Tata Ruang dan Pemukiman (Ditarkim) Cianjur sudah menyiapkan sekitar 150 titik sumur bor yang tersebar di hampir seluruh wilayah. Hal itu dilakukan sebagai upaya antisipasi menghadapi musim kekeringan yang diprediksi terjadi saat ini.
“Hingga saat ini kita memiliki sebanyak 150 sumur bor tersebar di seluruh wilayah di Kabupaten Cianjur untuk mengantisipasi setiap kali musim kekeringan. Kami akan optimalkan sumur bornya,” kata Kepala Distarkim Kabupaten Cianjur, Yoni Raleda.
Namun, kata Yoni, kendala terjadi untuk wilayah selatan sangat sulit membangun sumur bor. Penyebabnya, hampir semua wilayah di selatan sumber-sumber airnya minim. “Misalnya di Kec. Sindangbarang. Karena saat dibor airnya tak ada, maka kita manfaatkan aliran sungai setempat,” ujarnya. (azm/arrahmah.com)