KAIRO (Arrahmah.com) – Presiden Mesir pengganti Hosni “Mubarak” yang telah menjabat selama satu tahun, Mohammad Mursi, bersikeras mempertahankan “legitimasi konstitusionalnya” selama pidato televisi yang disiarkan pada Selasa (2/7/2013) dan meminta militer untuk menarik ultimatum untuk campur tangan jika partai politik tidak menyelesaikan perbedaan.
Presiden mengatakan telah siap untuk “memberikan hidupnya” untuk mempertahankan legitimasi konstitusional. Dalam pidato yang berdurasi lebih dari 40 menit, ia mengakui tahun pertamanya sangat sulit dan ia menghadapi tantangan dari sisa-sia korup rezim lama, lansir Al Arabiya.
Dalam menanggapi ultimatum militer untuk berbagi kekuasaan dengan lawan-lawannya, ia mengatakan telah mencoba berdialog namun tidak berhasil. Ia bersikeras akan terus memenuhi tugas di mana ia telah dipilih secara demokratis.
“Rakyat telah memilih saya dalam pemilihan umum yang bebas dan adil,” ujar Mursi yang menambahkan bahwa ia akan terus memikul tanggung jawabnya saat Mesir terus berjuang dengan warisan dari pemerintahan otoriter “Mubarak”.
Mursi juga memperbaharui permintaannya kepada oposisi untuk bergabung dengan dialog meskipun hal tersebut telah berulangkali ditolak oleh oposisi.
Protes massa digelar sejak 30 Juni lalu, menyerukan Mursi untuk mundur. Para koordinator aksi mengatakan bahwa Muris telah “mengancam rakyatnya sendiri.”
“Ini adalah presiden yang mengancam rakyatnya sendiri,” ujar Mohammad Abdelaziz, pemimpin kampanye Tamarod.
“Kami tidak menganggapnya sebagai presiden Mesir,” tambahnya.
Pihak oposisi Mesir mengklaim bahwa pidato Mursi merupakan deklarasi perang saudara karena ia mengabaikan tuntutan oposisi untuk mengundurkan diri. (haninmazaya/arrahmah.com)