WASHINGTON (Arrahmah.com) – Konglomerat bisnis media massa, Rupert Murdoch, merasa optimistis akan masa depan jurnalisme seiring dengan berkembangnya teknologi internet. Namun, dia mengingatkan bahwa para konsumen tidak akan bisa lagi mengakses berita dari internet secara cuma-cuma, apalagi berita yang eksklusif dan mengeluarkan biaya yang mahal.
Demikian menurut Murdoch saat berbicara dalam forum yang diselenggarakan Komisi Perdagangan Federal Amerika Serikat (AS) di Washington DC, Selasa (1/12). “Ada pihak-pihak yang berpikir bahwa mereka berhak untuk mengambil berita dari media-media kami dan menggunakannya untuk kepentingan mereka sendiri tanpa menyumbang sepeser pun dalam penyusunan berita,” kata Murdoch seperti yang dikutip harian The Los Angeles Times.
“Beberapa pihak ada yang menulis ulang – bahkan ada yang tanpa penyebutan sumber – berita-berita yang kami peroleh secara mahal dari para jurnalis ternama yang mencurahkan waktu selama berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan untuk menulis artikel-artikel mereka,” lanjut Murdoch.
Dia pantas kesal. Pasalnya perusahaan yang dia miliki News Corp – yang menaungi sejumlah media besar di manca negara, baik cetak maupun elektronik – sering mendeteksi pihak-pihak yang mencatut berita-berita yang dihasilkan media milik Murdoch tanpa membayar atau menghargai hak cipta.
Pola itu semakin terlihat di tengah berkembangnya media internet (online). Maka, Murdoch pun menyayangkan sikap laman-laman pencari informasi gratis seperti Google, yang membantu pihak-pihak yang mencatut berita-berita karya anak-anak perusahaan News Corp.
Bagi Murdoch, Google bukanlah cara cepat bagi para pembaca untuk mendapatkan berita-berita yang mereka cari. Sebaliknya, laman pencari informasi terfavorit itu dipandang Murdoch sebagai oportunis digital yang mengambil keuntungan dari data (content) yang tidak mereka buat. (viva/arrahmah.com)