JAKARTA (Arrahmah.com) – Pada Jumat (7/8) pekan kemarin, melalui revisi Surat Keputusan Bersama (SKB) Empat Menteri, sekolah yang berada di zona hijau dan kuning diperbolehkan melaksanakan kegiatan belajar mengajar (KBM) tatap muka.
Namun, baru pelaksanaan beberapa hari saja, telah ada klaster baru yang bermunculan. Berdasarkan catatan @LaporCOVID19, ada 6 klaster penyebaran Covid-19 di sekolah.
“Saat KBM tatap muka dimulai, bermunculan klaster-klaster baru penularan Covid dari Sekolah dari berbagai daerah. Konsekuensi serius dari kebijakan @Kemdikbud_RI !! Apa tindakanmu Kak @Nadiem_Makarim ?,” tulis @LaporCOVID19 di Twitter.
Terkait hal ini, Anggota Komisi IX DPR, Netty Prasetiyani Aher mendesak pemerintah untuk sementara menghentikan proses pembelajaran tatap muka, agar kasus penularan virus tersebut tidak semakin bertambah.
“Hentikan pembelajaran tatap muka hingga keadaan benar-benar aman berdasarkan evaluasi komprehensif. Pemerintah jangan bereksperimen dalam penanganan Covid-19. Taruhannya sangat mahal,” kata Netty di Jakarta, Sabtu (15/8/2019).
Berdasarkan data dari @LaporCOVID19 ada enam klaster penularan baru di sekolah, yakni klaster Sekolah Tulungagung, Klaster Sekolah Kalimantan Barat (Kalbar), Klaster Sekolah Tegal, Klaster Sekolah Sumedang, Klaster Sekolah Pati, dan Klaster Sekolah Balikpapan.
Politisi PKS ini menyarankan agar pemerintah mengambil pelajaran dari Vietnam, Selandia Baru, dan Korea Selatan yang kembali menutup sekolah setelah kurva Covid-19 makin meningkat.
Karenanya, lanjut Netty, pemerintah perlu menetapkan kurikulum darurat yang mengakomodir keragaman kondisi sarana prasarana pendidikan jarak jauh di setiap wilayah.
“Bukan hanya pusat perbelanjaan dan area publik, sekolah dan pesantren harus menjadi perhatian utama dalam proses pencegahan dan transmisi virus,” tuturnya.
“Ini tanggung jawab negara dan seluruh elemen bangsa untuk masa depan generasi kita,” pungkasnya.
(ameera/arrahmah.com)