JAKARTA (Arrahmah.com) – Front Pembela Islam tak membantah kalau disebut tangan kanan polisi seperti yang diungkap kawat diplomatik kedutaan besar Amerika Serikat dalam Wikileaks.
“Kalau pun FPI dikatakan oleh Yahya Assegaf digunakan oleh polisi, itu artinya digunakan untuk kemanfaatan masyarakat,” kata Ketua Dewan Pengurus Pusat Front Pembela Islam, Munarman, dalam pesan singkat yang diterima Tempo, Minggu (4/9/2011).
Wikileaks mengungkapkan, kawat diplomatik tertanggal 19 Februari 2006, menyebut anggota Badan Intelijen Negara Yahya Assegaf dekat dengan FPI. Yahya pulalah yang memberi peringatan kepada kedutaan Amerika Serikat atas aksi protes FPI terhadap kartun Nabi Muhammad. Yahya juga menyatakan FPI adalah “attack dog” bagi kepolisian.
Menurut Munarman, apa yang disampaikan Yahya ke kedutaan sama saja menjual informasi negara. Apalagi Yahya melalui anaknya Hani Y Assegaf ternyata mendirikan Indonesia Israel Public Affair Committe (IIPAC). Komite tersebut sempat membuat heboh dengan perayaan kemerdekaan Israel. “Lha antek Amerika dan antek Zionis Israel memang suka menebar fitnah dan issue demi uang,” kata Munarman.
Maka ia pun mempertanyakan patriotisme dan nasionalisme Yahya. Soalnya karena Yahya telah menyampaikan informasi ke kedutaan, maka sama saja pengkhianat negara. “Pengkhianat kepada negara harusnya dihukum,” ujar Munarman.
FPI, kata Munarman, juga mempertanyakan tentang bocoran WIkileaks. “Sampai saat ini, tidak pernah ada bocoran kawat diplomatik tentang Israel, ada apa dengan pola Wikileaks ini,” tanya Munarman. (tpi/arrahmah.com)