JAKARTA (Arrahmah.com) – Diakui atau tidak, korupsi yang meraja lela di negeri ini diakibatkan dua hal, faktor sistem dan faktor individu. Secara sistem, memang mekanisme politik yang berlaku mengharuskan orang berbuat korup. Sementara secara individu, sifat tamak dan materialisme telah merasuk ke sejumlah besar penyelenggara negara.
“Manusianya tidak berakidah Islam yang menjadikan aktivitiasnya berorientasi akhirat. Sementara secara sistem, manusia itu larut dan tunduk dalam sistem yang mestinya dia ubah,” kata Ketua DPP Front Pembela Islam (FPI) Munarman, SH., dalam Majelis Taqarrub Ilallah dan Temu Pembaca Suara Islam, di Masjid Baiturahman, Tebet, Jakarta Selatan, Sabtu (23/2/2013).
Sistem politik di Indonesia, jelas Munarman, memang membuka peluang para politisi untuk melakukan korupsi. sebab untuk menjadi anggota DPR saja diperlukan biaya yang sangat besar. Otomatis jika orang tersebut berhasi menjadi anggota dewan maka dia akan berfikir untuk mengembalikan modalnya.
Munarman bercerita tentang pertemuannya dengan seorang aktivis Islam liberal yang juga anggota ormas otonom sebuah partai politik. Aktivis liberal itu mengaku pada Pemilu 2009 lalu menjadi caleg dari partainya untuk daerah pemilihan di Madura. “Dia mengaku habis Rp600 juta tapi tidak berhasil,” kata Munarman.
Sementara seorang aktivis kiri yang juga menjadi caleg dari partai itu dari dapil di Jawa Tengah, ada yang berhasil lolos ke Senayan. Berapa biaya yang dia keluarkan?. “Katanya Rp900 juta. Uangnya hasil menggadaikan tanah kakeknya,” ungkap Munarman.
Biaya politik yang tinggi inilah yang menurut Munarman berpotensi memunculkan tindak korupsi. “Ya memang kalau Anda menjadi caleg, pertemuan ini pertemuan itu dengan warga ya harus bayarin. Nempelin poster itu juga harus bayar. Memang bisa pakai daun,” lanjut advokat senior itu.
Untuk menghilangkan korupsi, mau tidak mau, memang harus mengubah sistem. “Harus kembali kepada sistem Islam,” tandasnya.
Sementara, orangnya atau politikusnya, juga harus diperbaiki. Akidah mereka harus diluruskan. Sebab sistem yang baik saja juga tidak menjamin bakal menghapus korupsi jika tidak dijalankan oleh orang yang baik. “Pada masa kekuasaan Islam, korupsi itu juga ada. Cuma tidak separah sekarang,” katanya.
(saifalbattar/SI Online/arrahmah.com)