JAKARTA (Arrahmah.com) – Direktur An Nashr Institute, Munarman SH, mengatakan dirinya hingga saat ini tidak percaya dengan yang namanya survei politik. Hal ini diungkapkan di hadapan kaum Muslimin saat dia menjadi narasumber di acara Majelis Taqarrub Ilallah dan Temu Pembaca Suara Islam (MTI-TPSI) ke 40 yang bertema “Mengkaji Pergerakan Politik Non Muslim 2014” di Masjid Baiturrahman, Tebet, Jakarta Selatan, Sabtu (22/2/2014).
Munarman membuktikan sendiri bagaimana tipu-tipu survei itu dilakukan. Kejadiannya beberapa tahun lalu saat menjelang pemilu 2004 lalu.
“Tahun 2004, menjelang pemilu, saya diundang rapat CSIS (Center for Strategic and International Studies), saat itu saya masih di dunia sekuler. CSIS ini adalah jaringan Katolik di Indonesia. Didalangi Cina, Pengusaha dan Amerika. CSIS adalah agen Amerika langsung, intelnya Amerika, perpanjangan Amerika langsung di Indonesia,” ungkapnya seperti ditulis SI online Sabtu (22/4/2014).
Dalam rapat CSIS yang mengundang seluruh LSM-LSM dan beberapa ormas, Munarman mengungkapkan bahwa pada saat itu, rapat diarahkan oleh para dedengkotnya untuk menentukan siapa calon presiden berikutnya. Merujuklah pada satu nama, yaitu SBY.
Setelah itu Munarman bercerita bagaimana ia didatangi oleh Deny JA, pendiri LSI (Lembaga Survei Indonesia).
Kepada Munarman, Denny mengatakan, “Saya sudah lakukan survei elektabilitas, saya survei dan sepertinya SBY unggul diatas Megawati. Tapi memang keunggulan itu kami buat sengaja untuk pembentukan opini supaya masyarakat ikut terpengaruh dengan survei tersebut. Dan memang saya bekerja untuk menaikkan SBY, membangun opini bahwa SBY itu baik.”
“Saya cuma minta satu, agar anda jangan mengkritik SBY. Kalo anda mau, diam tutup mulut, 10 juta untuk anda setiap bulan,” bujuk Denny kepada Munarman.
Dari situlah, mantan ketua Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) ini tidak percaya lagi dengan survei-survei politik.
“Sampai hari ini saya ga percaya yang namanya survei. Makanya sekarang, survei Jokowi mau meledak meleduk, ga ada urusan, jangan percaya, itu dibikin!” tegas Munarman.
Dia juga mengungkapkan skenario bahwa selama ini kaum kapitalis menguasai negeri ini dengan menggunakan pemimpin “boneka” yang telah mereka siapkan.
“Mereka maunya Indonesia dipimpin oleh boneka saja, yang boneka itu bisa mengikuti kemauan mereka. Siapa yang mau jadi boneka, maka dinaikkan. Apalagi boneka yang sudah sejak awal diketahui anti syariat Islam, itu makin didukung,” kata Munarman cukup dalam. (azm/arrahmah.com)