BEIJING (Arrahmah.com) – Presiden Munafik Pakistan, Asif Ali Zardari mendukung kebijakan Cina terhadap wilayah Xinjiang yang sedang ada ketegangan dalam kunjungan terbarunya ke negara tetangga raksasa yang selalu dirayunya agar segera memihak kepada Barat secara strategi maupun ekonomi, sebagaimana dilaporkan oleh salah satu media di negara Panda tersebut.
Zardari tiba di Cina pada Jumat (21/8) untuk kunjungan keempatnya sejak resmi menjabat sebagai pemimpin nomor satu Pakistan tahun lalu. Munafikin itu menekankan harapannya agar Beijing dapat menopang hubungan diplomatis dan ekonomi Pakistan.
Dalam komentar yang berikannya pada kantor berita resmi Xinhua Cina, Zardari membenarkan kebijakan Cina di daerah barat Xinjiang, di mana menurutnya Muslim Uighur membuat kerusuhan melawan penduduk Cina Han di daerah ibu kota Urumqi bulan yang lalu dan menewaskan sedikitnya 197 orang.
Xinjiang berbatasan dengan Pakistan, dan beberapa muslim Uighur yang menentang peraturan Beijing mencari tempat perlindungan ke negeri yang dikuasai Zardari itu. Tetapi Zardari dengan tegas membenarkan kebijakan Cina, menurut Xinhua.
“Kami ikut senang karena situasi di Urumuqi masih dapat dikontrol. Kami percaya kepada kebijakan pemerintah Cina yang selalu berusaha untuk mewujudkan pembangunan dan harmoni sosial yang tentu saja berarti besar bagi seluruh bangsa Cina,” kata Zardari sebelum kepergiannya kembali ke Islamabad.
“Cina merupakan teman karib Pakistan. Kamis benar-benar menghargai pertemanan kami,” lanjut munafikin itu.
Pemerintah munafik Pakistan melihat Cina sebagai pengimbang bagi pengaruh musuhnya, India, di wilayahnya.
Pemerintah munafik Pakistan pun memiliki kedekatan yang sangat luar biasa dengan Amerika Serikat, meskipun kedekatan tersebut kadang menegang karena tekanan Washington terhadap Islamabad untuk menghentikan perlawanan para mujahidin yang berada di Pakistan, dengan dalih mempermudah tercapainya keberhasilan misi AS di Afghanistan.
Pujian dan sanjungan penguasa munafik salah satu negeri muslim ini disambut gembira oleh Beijing yang memang sedang mencari pembenaran, terutama dari negara muslim atas kebijakannya terhadap masalah Xinjiang, yang ternyata lebih banyak merugikan kehidupan kaum muslim Uighur.
Setelah kunjungannya itu, Zardari berencana untuk rutin mengunjungi Cina, yakni setiap tiga bulan sekali. Dan lagi-lagi, pada saat yang sama, sebagaimana penguasa-penguasa negeri muslim lainnya, Zardari pun menjilat Cina agar mau menjadi investor dan pendukung ekonomi negaranya. (Althaf/rtrs/arrahmah.com)