KABUL (Arrahmah.com) – Salah satu pendiri Taliban Mullah Abdul Ghani Baradar telah tiba di Kabul untuk melakukan pembicaraan guna menuntaskan pemerintahan baru Afghanistan, hampir seminggu setelah kelompok bersenjata itu merebut ibu kota tanpa perlawanan.
Taliban meraih kemajuan yang menakjubkan di seluruh negeri ketika pasukan pimpinan Amerika Serikat menarik diri.
Sejak itu, ribuan orang memadati bandara Kabul, di mana negara-negara Barat berjuang untuk meningkatkan kecepatan evakuasi warga mereka dan warga Afghanistan setelah Taliban mengambil alih kekuasaan.
Baradar akan bertemu dengan komandan medan perang, mantan pemimpin pemerintah Afghanistan, dan pembuat kebijakan, serta ulama, kata seorang pejabat Taliban tanpa menjelaskan lebih lanjut, seperti dilansir Al Jazeera.
Dia tiba di Afghanistan Selasa lalu dari Qatar, memilih untuk mendarat di kota terbesar kedua di negara itu, Kandahar – tempat kelahiran Taliban.
Baradar menjadi perunding kesepakatan damai dengan AS. Kehadirannya signifikan karena ia sering mengadakan pembicaraan dengan mantan pemimpin Afghanistan seperti mantan presiden Hamid Karzai.
Para pejabat Afghanistan yang akrab dengan pembicaraan yang diadakan di ibu kota mengatakan Taliban mengatakan tidak akan membuat pengumuman tentang pemerintah sampai batas waktu 31 Agustus untuk penarikan pasukan asing terakhir.
Para pejabat Taliban mengatakan kelompok bersenjata itu berencana untuk menyiapkan model baru untuk memerintah Afghanistan dalam beberapa minggu ke depan, dengan tim terpisah untuk menangani masalah keamanan internal dan keuangan.
“Para ahli dari pemerintahan sebelumnya akan didatangkan untuk manajemen krisis,” kata seorang pejabat yang tidak disebutkan namanya kepada kantor berita Reuters.
Struktur pemerintahan baru bukanlah demokrasi menurut definisi Barat, tetapi itu akan melindungi hak semua orang, tambahnya.
Taliban telah menampilkan wajah yang lebih moderat sejak kembali berkuasa setelah digulingkan pada 2001, dengan mengatakan menginginkan perdamaian, tidak akan membalas dendam terhadap musuh lama dan akan menghormati hak-hak perempuan dalam kerangka hukum Islam. (haninmazaya/arrahmah.com)