KUNDUZ (Arrahmah.com) – Mujahidin Imarah Islam Afghanistan (IIA) telah menarik diri dari ibukota provinsi Kunduz, Kunduz, setelah tiga minggu pertempuran intensif melawan pasukan boneka Afghanistan yang didukung dengan serangan udara AS.
Zabiullah Mujahid, juru bicara IIA mengatakan kepada Al Jazeera bahwa mereka menarik diri dari kota untuk melindungi warga sipil.
“Kami meninggalkan Kunduz sehingga pertempuran bisa berhenti dan warga sipil bisa kembali ke kehidupan normal,” ujar Mujahid seperti dilansir Al Jazeera pada Selasa (13/10/2015).
“Musuh kami telah menghancurkan pasar-pasar, bangunan komersil dan rumah sakit dalam pertempuran dan kami menyaksikan orang-orang mati dan menderita karena serangan-serangan itu.”
Dalam pernyataan resmi yang dirilis di situs Voice of Jihad, Mujahidin IIA menyatakan bahwa dalam operasi untuk menguasai Kunduz, mereka telah mencapai harapan bahkan melampauinya karena nikmat Allah Subhanahu Wataa’la.
“Menyerang penjara Kunduz di mana ratusan Mujahid dan individu tak bersalah lainnya yang dituduh mendukung Jihad, adalah tujuan utama dari operasi ini. Segala puji bagi Allah, penjara jatuh di bawah
kendali Mujahidin pada hari pertama operasi dan ratusan Mujahid dibebaskan,” ujar pernyataan Mujahidin IIA.
Kota Kunduz dianggap sebagai wilayah strategis dan pusat komando untuk seluruh provinsi di timur laut Afghanistan, saat Mujahidin IIA mengambil alih kontrol atas kota tersebut, gelombang kepanikan di tubuh musuh meningkat. Mujahidin terus memperluas kontrol mereka di provinsi Kunduz, Baghlan, Takhar, Badakhshan dan provinsi lainnya di utara Afghanistan. Hal ini direspon dengan serangan-serangan udara pengecut oleh pasukan teroris koalisi pimpinan AS yang menghantam target-target sipil.
“Seluruh distrik jatuh ke tangan Mujahidin dalam beberapa hari, sementara puluhan kendaraan, ratusan senjata berat dan ringan dan sejumlah peralatan lainnya juga disita oleh Mujahidin dan kemudian ditransfer untuk mengamankan lokasi. Penaklukkan berturut-turut seperti ini belum pernah disaksikan di masa lalu,” lanjut pernyataan.
Dalam pertempuran Kunduz, fakta bahwa Afghanistan masih diduduki oleh orang-orang kafir juga terbuka, karena tentara penjajah yang mengklaim telah mentransfer kekuasaan ke tangan pasukan boneka Afghan secara penuh, masih terlibat dalam pertempuran dan melakukan pemboman terus-menerus di Kunduz serta menyebarkan pasukan darat mereka.
“Penaklukkan Kunduz san wilayah utara Afghanistan dicapai dengan kerugian yang sangat kecil di kubu Mujahidin dan karena rencana operasional yang terorganisir dengan baik, korban sipil juga sangat minimal. Namun saat musuh mencoba untuk merebut kembali kehormatan yang hilang, mereka mulai mengebom kota Kunduz dengan kekuatan udara AS, mereka tanpa pandang bulu menargetkan dan menyebabkan kerugian besar terhadap warga sipil, rumah sakit MSF (Dokter Tanpa Batas) juga dibom, menewaskan semua tenaga medis dan 105 pasien,” ungkap IIA dalam pernyataannya.
“Mempertimbangkan situasi militer dan kerugian yang dialami dalam pertempuran berlarut-larut dalam mempertahankan kota Kunduz, karena itu Imarah Islam memerintahkan Mujahidinnya untuk menarik diri dari alun-alun utama dan gedung-gedung pemerintahan ke daerah pedesaan.”
Menurut Imarah Islam, penarikan dari Kunduz dilakukan semata-mata untuk kepentingan yang lebih tinggi dari Jihad, tujuan utama untuk mengamankan penduduk dari serangan udara dan melindungi nyawa serta harta penduduk Kunduz. (haninmazaya/arrahmah.com)