Kabul (arrahmah.com) – Ketika pekan lalu dua anggota Mujahidin Taliban berbicara kepada para wartawan di tempat berlangsungnya perundingan mengenai pembebasan sandera Misionaris asal Korea Selatan, hal itu merupakan konferensi pers pertama dari mereka dalam kurun lima tahun.
Tayangan itu beredar ke seluruh dunia, dan isinya adalah gambar anggota-anggota Mujahidin Taliban berdiri di jalanan dan berbicara kepada para wartawan, padahal mereka dicari militer Amerika Serikat.
Para pejabat Boneka Afghanistan di Ghazni sangat marah atas hal tersebut, sampai-sampai mereka kemudian melarang jurufoto dan para wartawan keluar hotel, bahkan mengancam akan menahan mereka.
Mujahidin Taliban telah mampu menjadi berita utama di media-media lewat suatu taktik canggih, dan beberapa pihak memperkirakan hal itu dirancang oleh ahli-ahli media Mujahidn Al-Qaeda.
Drama-drama penculikan telah menjadi ladang subur bagi Mujahidin Taliban untuk melakukan penggalangan media.
Contohnya, jaringan-jaringan televisi internasional mendapat video sandera Misionaris asal Korea Selatan yang tampak menyedihkan maupun video sandera Misionaris asal Jerman.
Mujahidin Taliban juga menyelenggarakan wawancara dengan sandera Misionaris Korea Selatan maupun Jerman yang memohon dibebaskan, dan publikasi itu memicu emosi publik serta menguntungkan Mujahidin Taliban dalam mendesak pemerintah guna memenuhi tuntutan mereka.
Saat ini Mujahidin Taliban mempersenjatai diri lewat media, melalui panggilan telefon secara teratur dari tempat rahasia kepada para wartawan, SMS yang menyatakan serangan terhadap tentara internasional, serta DVD aksi jihad yang antara lain berisi pembunuhan terhadap para tersangka mata-mata.
“Mujahidin Taliban saat ini menggunakan media dengan sebaik-baiknya, menyusul Al-Qaeda yang menggunakan media sebagai alat publikasi aksi mereka,” kata Hameed Gul, mantan kepala Badan Intelejen Pakistan yang membantu Mujahidin Taliban mengambilalih kekuasaan.
Mereka sekarang “mengulurkan tangan ke saluran-saluran televisi internasional dan kantor-kantor berita untuk membantah pernyataan AS dan sekutunya tentang kekalahan milisi di Afghanistan,” kata Gul kepada AFP.
Mujahidin Taliban lebih unggul dibanding pemerintah dalam menjawab panggilan wartawan maupun kecepatan menyampaikan berita, mulai dari serangan harian hingga masalah politik dan hal lain yang lebih kompleks.
Menjelang konferensi tingkat tinggi Cooperation Organisation di Shanghai, Mujahidin Taliban mengirim SMS kepada para wartawan bahwa “mereka bukan teroris”, jauh sebelum Presiden Hamid Karzai berpidato dan menyatakan Mujahidin Taliban teroris.
Profesor ilmu politik dari Universitas Kabul Nasrullah Stanikzai yakin ada pihak yang membantu Mujahidin Taliban.
“Al-Qaeda atau salah satu negara tetangga Afghanistan membantu Mujahidin Taliban,” kata dia, merujuk kepada reaksi yang cepat dan kemampuan nyata Mujahidin Taliban dalam memantau kejadian di seluruh dunia selama 24 jam.
Pemerintah Afghanistan yang terganggu oleh pemberitaan media mengenai Mujahidin Taliban, tahun lalu menerbitkan “pedoman-pedoman” dalam usaha menghentikan pemberitaan mengenai kelompok-kelompok perlawanan, tapi langkah itu diabaikan para wartawan.
Di lain pihak, informasi dari Mujahidin Taliban memang cepat dan Akurat.(berbagai sumber/armn)