ISLAMABAD (Arrahmah.com) – Mujahidin Taliban mengaku bertangung jawab atas serangkaian pemboman yang terjadi selama dua minggu ini di lembah Swat dan mengatakan bahwa pemboman terakhir yang terjadi pada hari Senin (17/8) merupakan sebuah pesan yang khusus diberikan pada utusan AS yang sedang berkunjung ke Pakistan bahwa mujahidin masih memiliki kekuatan meskipun angkatan bersenjata Pakistan telah merebut wilayahnya.
Serangan tersebut, yang terjadi bersamaan dengan serangan serupa di sudut lain di barat laut Pakistan, memperlihatkan bahwa mujahidin masih mampu untuk menebar ketakutan bagi para murtadin dan orang-orang kafir, meskipun mereka harus menghadapi tekanan yang cukup besar dari pemerintah maupun media, termasuk pemberitaan mengenai tewasnya pimpinan mujahidin akibat serangan AS pada 5 Agustus lalu.
Perayaan hari kemerdekaan Pakistan oleh penduduk yang kembali ke Swat minggu lalu diwarnai oleh dua ledakan pada Sabtu (15/8) dan Minggu (16/8), adalah yang pertama sejak tentara pemerintah merebut kembali kontrol atas Swat pada Juli silam. Pemboman pertama terjadi di pos
pemeriksaan keamanan, menewaskan lima orang. Dua tentara lainnya meninggal dalam serangan serupa setelah salah seorang mujahidin melakukan
aksi isytisyhad.
Juru bicara Taliban di Swat mengatakan pada hari Senin (17/8) bahwa mujahidin mengatur waktu serangan agar bertepatan dengan kunjungan utusan AS, Richard Holbrooke, yang sudah ditugaskan untuk mendesak Islamabad melakukan penumpasan terhadap para mujahidin yang mengancam Pakistan dan Afganistan.
“Pemboman ini adalah hadiah untuk Holbrooke,” kata Muslim Khan. “Taliban tidak bisa disisihkan.”
Holbrooke, yang tiba Jumat malam pekan lalu, sudah dijadwalkan untuk pergi ke Mingora, kota utama Swat, pada hari Minggu (16/8) tetapi
membatalkannya, dengan dalih cuaca yang tidak bersahabat.
Holbrook bertemu dengan Perdana Menteri Pakistan, Yousuf Raza Gilani, pada hari Senin (17/8) dan memuji ‘keberhasilan’ tentara pemerintah di
Swat dan daerah sekitarnya, berdasarkan keterangan dari staf Gilani.
Gilani berulang kali memohon pada Washington untuk menyediakan pemerintahnya pesawat tempur tanpa awak yang disinyalir ampuh karena
telah berhasil membunuh pimpinan tertinggi Taliban Pakistan, Baitullah Mehsud, di tempat bertahannya di Waziristan Selatan awal bulan ini.
Namun, menurut laporan, AS menolak usulan tersebut.
Pada Senin (17/8), polisi mengklaim mereka menangkap seorang asisten terdekat Mehsud yang sedang diobati di rumah sakit pribadi di Islamabad.
Kebohongan lainnya yang dibuat oleh para murtadin mengenai mujahidin adalah bahwa panglima Qari Saifullah cedera akibat serangan AS Waziristan
Selatan, kata dua orang pejabat polisi.
Letnan Kolonel Akhtar Abbas, panglima tentara di Swat, menyangkal tentaranya membunuh mujahidin yang ada di dalam tahanan.
Abbas mengklaim bahwa aksi isytisyhad mujahidin adalah tanda bahwa Taliban frustrasi dan tidak memiliki kekuatan.
“Mereka lari. Mereka bersembunyi. Jika Tuhan berkehendak, kami akan memberangus mereka habis-habisan,” kata Abbas terlalu optimis.
(Althaf/arrahmah.com)