AFGHANISTAN (Arrahmah.com) – Seorang juru bicara Mujahidin Taliban Afghanistan membantah laporan terbaru di media sekuler Pakistan yang mengklaim bahwa kelompok mereka menentang operasi syahid. Kelompok ini juga mengecam penipuan yang dilakukan oleh seorang individu yang telah mengklaim berbicara atas nama Taliban Afghanistan.
Zabihullah Mujahid, seorang juru bicara resmi Imarah Islam Afghanistan (IIA), nama resmi Taliban Afghanistan, mengecam individu yang diketahui bernama Mawlana Abdul Aziz yang mengaku-ngaku berbicara atas nama Taliban. Tiga hari yang lalu, Aziz telah mengklaim bahwa ulama Taliban telah menyatakan “operasi syahid” itu “melanggar hukum”.
“Laporan itu mengklaim bahwa kepala dewan ulama Imarah Islam Afghanistan, Maulana Abdul Aziz, menyatakan dalam sebuah wawancara video bahwa ulama Afghanistan menganggap operasi syahid itu haram dan juga berkomentar tentang berbagai topik menyangkut Pakistan dan India,” kata Mujahid dalam sebuah pernyataan yang dikirim melalui email kepada The Long War Journal pada pada Selasa (29/10/2013).
“Bahwa Imarah Islam (Afghanistan) tidak memiliki atau mengenali seorang ulama yang bernama Mawlana Abdul Aziz dalam jajarannya, oleh karena itu [IIA] menganggap pernyataan di atas sebagai [klaim] tak berdasar dan mendesak semua outlet media untuk menahan diri dari penerbitan [pernyataan] tak beralasan dan laporan yang dibuat-buat tersebut …,” lanjut Mujahid.
Taliban mendukung dan mengamalkan operasi istisyadiyah. Seperti pertengahan Juni lalu, Taliban merilis pernyataan resmi di website mereka, Voice of Jihad, mensyukuri kesuksesan operasi syahid dan membenarkan penerapan taktik perang tersebut.
Pernyataan ini dirilis hanya beberapa hari sebelum Taliban membuka “kantor politik” mereka di Doha, Qatar sebagai sebuah kedutaan resmi bagi kelompok mereka.
Sebelum adanya pernyataan klarifikasi dan pengecaman Taliban terhadap klaimnya pada Senin (28/10) tersebut, orang yang mengaku bernama Maulana Abdul Aziz itu muncul dalam acara berita pada Jum’at (25/10) lalu. Dia mengaku-ngaku berbicara atas nama Taliban.
Aziz, yang berbicara dari kota Quetta, Pakistan, mengatakan kepada NBC News bahwa Taliban Afghanistan mendorong untuk memboikot pemilihan presiden mendatang. Tapi anehnya, Aziz juga mengimplikasikan kemungkinan bahwa Taliban akan bersedia untuk berpartisipasi dalam pemilihan umum setelah pasukan AS dan NATO menarik diri dari Afghanistan.
“Baik kami maupun pasukan Jihad lainnya tidak akan berpartisipasi dalam pemilu yang akan diadakan sebelum akhir pendudukan Afganistan oleh AS dan sekutunya,” klaim Aziz kepada NBC News.
Anehnya lagi, Aziz kemudian menentang klaim yang dia buat sendiri kepada pers Pakistan hanya tiga hari setelahnya, dan mengklaim bahwa bom syahid terhadap pasukan AS dan NATO itu sah.
Sementara Taliban telah menyatakan bahwa mereka tidak tertarik untuk berpartisipasi dalam pemilu karena pemilu melanggar syariah, atau hukum Islam. Mereka mengatakan mereka hanya akan menerima kembalinya Imarah Islam Afghanistan, dan memperingatkan bahwa mereka siap untuk terus berjihad sampai tujuan mereka itu tercapai. (banan/arrahmah.com)