SUVA (Arrahmah.com) – Pejuang Suriah yang menahan 45 pasukan “penjaga perdamaian” PBB yang berasal dari Fiji, telah mengeluarkan serangkaian tuntutan untuk pembebasan mereka, termasuk pembersihan kelompok dari daftar “teroris” PBB dan
kompensasi atas terbunuhnya tiga pejuang dalam baku tembak dengan pasukan internasional, menurut klaim seorang pejabat Fiji seperti dilaporkan Al Jazeera.
Mujahidin Jabhah Nushrah menawan pasukan Fiji pada pekan lalu di Dataran Tinggi Golan, di mana sekitar 1.200 pasukan PBB memiliki kehadiran di sana untuk memantau zona penyangga antara Suriah dan “Israel”. Mujahidin juga mengepung dua unit Filipina, namun mereka berhasil lolos dari kepungan.
Berbicara di ibukota Fiji, Suva, komandan militer Brigjen Mosese Tikoitoga mengatakan pada Selasa (2/9/2014), Jabhah Nushrah telah mengeluarkan tiga tuntutan untuk pembebasan pasukan : pembersihan nama Jabhah Nushrah dari daftar “teroris”
PBB, pengiriman bantuan kemanusiaan ke beberapa bagian di ibukota Suriah, Damaskus dan kompensasi atas terbunuhnya tiga pejuang mereka dalam baku tembak dengan pasukan PBB.
Tikoitoga tidak mengatakan apakah tuntutan tersebut akan dianggap serius atau tidak. Dia mengatakan PBB telah mengirim tim untuk perundingan sandera.
“Negosiasi telah bergerak ke tingkat lain dengan negosiator handal kini berada di tempatnya,” klaimnya.
“Tidak ada pembicaraan dengan ‘teroris’.”
Tikoitoga juga merilis nama 45 tentara yang berada dalam tahanan Mujahidin yang menurutnya dipimpin oleh Kapten Savenaca Siwatibau Rabuka.
“PBB telah meyakinkan kami bahwa mereka akan menggunakan semua sumber daya yang tersedia untuk mengembalikan tentara kami dengan selamat,” ungkapnya.
Mujahidin Jabhah Nushrah dan beberapa kelompok lain berhasil menguasai wilayah persimpangan Quneitra di Dataran Tinggi Golan pada pekan lalu. Daerah tersebut menjadi saksi pertempuran sengit antara Mujahidin dengan pasukan rezim Syi’ah Nushairiyah sejak saat itu.
Dalam sebuah pernyataan yang diposting online pada Ahad (31/8), Jabhah Nushrah menyatakan bahwa PBB tidak melakukan apa- apa untuk menolong rakyat Suriah sejak revolusi Suriah meletus pada Maret 2011 dan mengatakan bahwa penahanan pasukan Fiji
sebagai pembalasan terhadap PBB karena telah mengabaikan penumpahan darah harian dari ummat Islam di Suriah. (haninmazaya/arrahmah.com)