KAUKAKUS (Arrahmah.com) – Profil dari mereka yang bergabung dengan kelompok pejuang di Kaukakus Utara sebagian besar adalah pemuda dan mereka berasal dari wilayah yang tersebar.
Komposisi kualitas dari militer bawah tanah yang berada di Kaukakus Utara kini meningkat, lebih tinggi dari aktivitas militer di Kaukakus Utara pada tahun 1999-2000 silam. Ini menyiratkan bahwa mereka yang tergabung dengan kelompok-kelompok jihad tidak hanya termotivasi oleh romantisme (pembalasan dendam kematian orang tua, saudara, dll-red), tetapi mereka dengan sadar bergabung untuk menumbangkan kekuasaan penguasa dzolim demi menegakkan syariat Islam (motivasi agama).
Para pengamat sering menyimpulkan bahwa para pemuda tersebut ditarik untuk bergabung karena satu akumulasi permasalahan yang belum terpecahkan di masyarakat. Organisasi-organisasi HAM juga seringkali menyederhanakan permasalahan dengan menyimpulkan, bahwa para pemuda tersebut tergabung untuk membalaskan dendam atas kejahatan-kejahatan yang menimpa keluarga mereka yang terkait dengan penguasa (http://www.livechechnya.org/Archiv/12_09_08.htm). Menurut penafsiran ini, segala sesuatu menjadi sederhana, jika tidak memiliki pekerjaan, maka mereka bergabung, jika pernah berurusan dengan polisi, maka mereka bergabung.
Sesungguhnya, jihad iitu bukanlah sesuatu yang sederhana. Sebelum akhirnya menyatakan diri untuk bergabung, pemuda-pemuda tersebut telah mempersiapkan diri mereka. Baik secara fisik maupun secara ilmu. Mereka, para pemuda banyak belajar melalui internet, di mana mereka mendapatkan informasi-informasi mengenai para mujahidin yang berperang melawan penguasa kafir, ideologi yang dianut kelompok jihad, dan mereka (para pemuda) mempelajari banyak hal sehingga akhirnya mereka siap untuk terjun ke medan jihad.
Satu analisa sederhana yang didapatkan dari mereka yang sering mengunjungi forum-forum jihad (di kaukakus) dapat menghasilkan sebuah profil rata-rata dari suatu doktrin salafi di internet. Mereka berusia sekitar 18-20 tahun, hampir keseluruhannya adalah mahasiswa yang merantau. Mereka boleh jadi seorang siswa di Moscow, atau di Negara-negara Barat atau juga di timur tengah. Apapun, mereka adalah para pemuda yang hanya ingin memulai kehidupan bebas, seseorang yang mudah tertarik hingga dapat menarik kesimpulan dan dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah.
Selanjutnya, dia akan menjadi manusia yang senang mengkritik terhadap apa yang ia lihat, di rumah, atau dimanapun, karena ia telah mendapatkan “sesuatu” dalam pemikirannya.
Walaupun para pemuda adalah representasi mayoritas dari mereka yang bergabung dengan kelompok-kelompok jihad di dalam pegunungan, mereka tetap tidak dengan mudah menjadi inti dari kelompok-kelompok tersebut. Ini semata-mata untuk menjaga kerahasiaan dan ketertiban organisasi.
Kesimpulannya, walaupun para pemuda merupakan unsur utama yang memenuhi jumlah jamaah, di sana juga terdapat para anggota yang terdiri dari kategori usia lainnya. Lebih dari itu, tiap-tiap generasi memiliki dukungan tersendiri untuk sebuah kelompok jihad. (Hanin Mazaya/north caucacus weekly/arrahmah.com)