SURIAH (Arrahmah.com) – Jabhah Islamiyah (Islamic Font), aliansi Islam yang terbentuk dari enam jama’ah jihad Islam dan Mujahidin FSA Suriah pada 22 November 2013 lalu, telah memukul mundur pasukan militer oposisi nasionalis-sekuler Suriah dari basis dan gudang yang mereka duduki di perbatasan penyebrangan Bab Al-Hawa ke Turki, lansir LWJ pada Sabtu (7/12/2013).
Setelah pertempuran yang berlangsung sepanjang malam antara Mujahidin Jabhah Islamiyah dan pasukan oposisi sekuler Suriah, Mujahidin Jabhah Islmaiyah akhirnya berhasil merebut depot oposisi sekuler yang berisi senjata yang telah dikirim ke Suriah melalui Turki, menurut aktivis Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia atau Syrian Observatory for Human Rights (SOHR).
Juru bicara oposisi sekuler Suriah Louay Meqdad mengatakan Mujahidin Jabhah Islamiyah telah mengibarkan bendera mereka di tempat yang sebelumnya diduduki militer oposisi sekuler Suriah, setelah “meminta” personil oposisi sekuler untuk pergi dari sana, lansir Reuters.
Pengambilalihan basis militer oposisi sekuler Suriah ini terjadi hanya empat hari setelah Jabhah Islamiyah menyatakan bahwa mereka berlepas diri dari dewan militer oposisi nasionalis-sekuler pimpinan Salim Idris.
Pekan lalu, Jabhah Islamiyah yang diperkirakan terdiri dari 45.000 mujahidin, telah merilis Piagam Jabhah Islamiyah, semacam AD/ART mereka, pada 22 November 2013. Piagam yang dipublikasikan melalui situs-situs revolusi Suriah itu menetapkan tujuan Jabhah Islamiyah untuk mendirikan Daulah Islam di bawah hukum syariah.
Meski tidak menyebutkan Al-Qaeda atau dua cabang resminya di Suriah, Jabhah Nushrah dan Daulah Islam Irak dan Syam (ISIS), Mujahidin Jabhah Islamiyah mennyatakan para pejuang asing dengan sebutan “saudara-saudara kami”. Piagam itu menunjukkan bahwa Jabhah Islamiyah juga berjuang bersama dengan Jabhah Nushrah dan ISIS.
Jendral Salim Idris, pemimpin Dewan Militer oposisi nasionalis-sekuler Suriah dari kantornya di Turki menyatakan bahwa Mujahidin dari faksi Jaisyul Hurr atau Tentara Pembebasan Suriah (FSA) akan memerangi Mujahidin Al-Qaeda dan kelompok Mujahidin lainnya yang berafiliasi kepada Al-Qaeda di Suriah.
Jabhah Islamiyah pada Selasa (3/12/2013) kemudian mengeluarkan pernyataan resmi menarik dirinya keluar dari Dewan Militer pimpinan Jendral Salim Idris itu. Pernyataan resmi Jabhah Islamiyah tersebut merupakan wujud dari indipendensi dari “pihak luar.” Pernyataan resmi tersebut pun disambut positif oleh para ulama dan pemimpin kelompok jihad Islam di Suriah.
Di tengah semakin melemahnya kekuatan oposisi nasionalis-sekuler FSA Suriah yang didukung oleh Barat, seorang mantan komandannya mengaku kepada BBC bahwa saat ini dia sedang ditargetkan oleh Mujahidin Islam sehingga dia melarikan diri ke Turki setelah mujahidin menangkap sebagian besar anak buahnya.
Jabhah Islamiyah merupakan kelompok mujahidin pertama di dalam negeri Suriah yang memerankan dirinya sebagai lembaga militer, politik dan sosial Islam. Jabhah Islamiyah akan memainkan peranan seperti Aliansi Nasional Suriah, dewan oposisi nasionalis-sekuler dukungan Barat yang berkantor di Turki.
Tetapi bedanya, Jabhah Islamiyah berperan aktif di lapangan dalam operasi jihad dan pelayanan sosial masyarakat, dua hal yang tidak dilakukan oleh Aliansi Nasional Suriah. Berbeda dengan Aliansi Nasional Suriah yang mencita-citakan negara baru Suriah yang nasionalis, demokratis dan sekuler; Jabhah Islamiyah mencita-citakan Daulah Islam dan penerapan Syariat Allah. (banan/arrahmah.com)