POSO (Arrahmah.com) – Abu Wardah a.k.a Santoso a.k.a Abu Yahya, buruan Polri nomor satu yang masih buron hingga saat ini dan beroperasi di Poso, Sulawesi Tengah (Sulteng), diduga kuat kembali menggunakan internet untuk menyatakan sikapnya.
Santoso yang mengatasnamakan dirinya sebagai Komandan Mujahidin Indonesia Timur dan menyebut dirinya sebagai Abu Mus’ab Al-Zarqawi Al-Indunesi itu kini menyatakan jika kelompoknya tidak ada kaitannya dengan Jamaah Anshorut Tauhid (JAT) yang didirikan oleh Ustadz Abu Bakar Ba’asyir.
Pernyataan Santoso itu kali ini dimuat dalam situs http://anshoruttauhidwassunnahwaljihad.blogspot.com/ dan ditulis pada Senin, 24 Desember 2012. Pernyataan yang sama juga dimuat di http://kikavtai2.mil.id/ yang merupakan sebuah situs milik Kompi Kavaleri Pengintai 2, Kostrad, TNI AD yang di-hack (diretas).
Untuk diketahui ini adalah pernyataan kedua yang diduga kuat dibuat oleh Santoso. Pernyataan pertamanya, yang berisi tantangan kepada Densus 88/Antiteror, dibuat pada Rabu, 17 Oktober 2012 lalu dan dimuat dibeberapa situs jihad dan situs pemerintah yang juga diretas.
Terlepas benar atau tidaknya Santoso yang membuat pernyataan itu karena dia belum tertangkap—, namun, faktanya, memang ada kesesuaian antara pernyataan pertamanya yang berisi tantangan kepada Densus 88/Antiteror dengan terbunuhnya enam orang anggota polisi di Poso, Sulawesi Tengah pada Oktober dan Desember 2012.
“Kita memang juga menyelidiki informasi yang kini kembali di upload di situs dan mengatasnamakan Santoso. Itu karena dalam surat tantangannya yang dulu kan benar ada kesesuainnya dengan kondisi Poso, jadi bisa jadi surat ini benar dari dia, ” kata seorang penyidik di lingkungan Densus 88/Antiteror yang meminta tak disebutkan namanya saat dihubungi Selasa (1/1) seperti dilansir beritasatu.com.
Selain menyatakan tidak terkait dengan JAT, pernyataan yang berjumlah empat poin dan juga diterjemahkan dalam Bahasa Inggris itu, juga menulis soal penyesalan mereka soal penutupan Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Putri Darul-Anshar yang berada di Desa Ueralulu, Desa Tokorondo, Kecamatan Poso Pesisir, Poso, oleh Densus 88/Antiteror.
“Pondok Pesantren tersebut tidak ada hubungan sama sekali dengan Gerakan kami, mereka berdiri sendiri dan kami pun berdiri sendiri, oleh karena itu maka kami akan melakukan Tindakan Balasan atas penutupan Pondok Pesantren tersebut, sebagai Rasa Solidaritas kami dengan segenap kemampuan kami dan jiwa raga kami sampai Titik Darah Penghabisan,” tulis pernyataan tersebut.
Kapolda Sulteng Brigjen Dewa Parsana mengaku belum mengetahui soal klaim penutupan Pondok Pesantren ini. “Saya malah belum tahu, dan saya harus cek lebih dahulu soal kebenaran informasi ini,” katanya.
Santoso disebut polisi sebagai jaringan Abu Tholut alias Mustafa yang merupakan panglima perang JAT. JAT pun berulangkali membantah dan menyatakan jika Tholut sudah keluar dari JAT dan karena itu Santoso tak terkait JAT. (bilal/arrahmah.com)