KANDAHAR (arrahmah.com) – Imarah Islam Afghanistan mulai memasukkan mujahidnya ke Kandahar, menanam bom ranjau dan membuat rencana penyerangan untuk tentara NATO dan Afghan yang tengah bersiap-siap melancarkan operasi besar di Kandahar pada awal Juni mendatang.
Tentara penjajah NATO dan boneka mereka memulai langkah mereka melancarkan operasi untuk menekan mujahidin Imarah Islam Afghanistan agar keluar dari Kandahar, dimana para penjajah tersebut yakin Kandahar merupakan tonggak kekuatan para “militan”. Tujuan utama NATO di
Kandahar adalah mengaktifkan lagi pemerintahan lokal yang telah bertahun-tahun “tertidur” dan dikendalikan oleh Mujahidin.
Komandan Imarah Islam Afghanistan yang menggunakan nama samaran Mubeen, mengatakan bahwa jika militer menekan mujahidin, mereka akan menjadi jauh lebih kuat.
Walaupun NATO dan tentara Afghan kerap melancarkan serangan malam hari, Mubeen mengatakan bahwa pergerakannya tidak akan terbatasi.
Mubeen diwawancarai pada minggu lalu di pusat Kandahar secara ekslusif oleh Associated Press, duduk di atas sebuah bantal dengan kaki bersila di sebuah ruangan. Ia tidak mengenakan penutup wajah dan ia mengatakan nyaman sepeti itu karena ia mendapat dukungan dari penduduk Kandahar yang berjumlah sekitar 500.000 jiwa.
“Karena sikap Amerika terhadap penduduk Kandahar, mereka bersimpati kepada kami,” ujar Mubeen. “setiap harinya kami mendapat dukungan yang terus meningkat. Kami bukanlah orang baru, kami bukan orang asing, kami adalah penduduk asli.”
Mubeen mengatakan serangan Mujahidin tidak secara acak, mereka merancanakannya dengan sangat berhati-hati dan diperintahkan oleh komandan yang telah paham seluk-beluk militer dan politik. Keputusan paling akhir ditentukan oleh pemimpin kami, Mullah Mohammad Omar yang menentukan strategi lalu diadaptasi oleh komandan di lapangan.
“Kami selalu mendapat arahan dari komandan kami,” ujar Mubeen.
Mubeen, penduduk dari provinsi Zabul, pernah bekerja dalam Kementrian Pengawasan Sipil dalam pemerintahan Taliban di bawah Mullah Akhtar Mohammad Mansoor selama lima tahun. Di hari sebelum akhirnya Taliban meninggalkan Kandahar pada 2001, ia bertugas memindahkan logistik penting termasuk senjata dan suplai lainnya keluar dari kota Kandahar.
“Saudara kita telah disini dan siap,” ujarnya. “Kami sekarang memiliki kemampuan, kami mengetahui banyak hal, bagaimana membuat hal sulit menjadi lebih mudah dalam tiap penyerangan yang kami lakukan.”
“Namun kami masih terus menjalankan latihan, karena kami mengerti bahwa kami membutuhkan banyak latihan,” lanjutnya.
Mubeen mengatakan, tujuan utama dalam perang ini adalah menerapkan syariat Islam di Afghanistan.
“Kami inginkan syariat. Itu tujuan pertama. Penduduk menginginkan syariat dan pembangunan.” (haninmazaya/AP/arrahmah.com)