KABUL (Arrahmah.com) – Mujahidin Imarah Islam Afghanistan (IIA) menargetkan unit yang bertanggung jawab untuk menyediakan keamanan bagi para pejabat boneka Afghanistan dalam serangan terkoordinasi di ibukota Afghanistan pada Selasa (19/4/2016).
LWJ melaporkan bahwa sedikitnya 28 orang tewas dan lebih dari 300 lainnya terluka berdasarkan pernyataan yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan Masyarakat Afghanistan. Tetapi pernyataan IIA mengatakan bahwa 92 orang tewas termasuk wakil kepala intelijen Fakhri dan Abbas Danish, keponakan kepala intelijen Afghanistan yang baru.
IIA mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut dengan mengeluarkan pernyataan di situs resmi mereka, Voice of Jihad, mengatakan bahwa itu adalah bagian dari Operasi Omari, ofensif musim semi yang dinamai dengan nama Mullah Muhammad Omar Rahimahullah, amir pertama IIA sekaligus pendiri.
IIA menegaskan bahwa tidak ada korban sipil dalam serangan tersebut, karena tidak ada warga sipil yang diizinkan untuk melakukan perjalanan di dekat gedung direktorat 10 NDS dan tidak ada wilayah sipil di dekatnya.
Dalam serangan awal, pejuang IIA melancarkan operasi syahid di pintu gerbang gedung yang berhasil menghancurkan beberapa bagian gedung dan menghapus semua hambatan.
“Di tengah kampanye tahunan yang sedang berlangsung, Operasi Omari, sekitar pukul 09.00 waktu setempat pagi ini (19/4), unit pencari kesyahidan Imarah Islam melancarkan serangan berat pada gedung direktorat intelijen 10 yang terletak di PD1 kota Kabul,” ujar pernyataan IIA.
“Operasi itu dimulai ketika seorang pencari kesyahidan meledakkan dirinya dengan mengendarai mobil penuh bahan peledak dan menabrakkannya di gerbang gedung, menghapus semua hambatan dan membunuh para penjaga diikuti oleh sejumlah pejuang lainnya yang bergegas masuk ke dalam gedung dan terlibat pertempuran dengan target musuh yang tersisa.”
Menurut pejabat boneka Afghanistan, IIA menyerang kamp milik “Satuan Pasukan Khusus yang bertugas melindungi VIP”.
Komadan pasukan NATO di Afghanistan mengklaim bahwa serangan itu adalah bukti bahwa Taliban (baca: IIA) “tidak dapat” melawan pasukan Afghanistan secara langsung di medan perang.
“Serangan hari ini menunjukkan bahwa para ‘pemberontak’ tidak mampu untuk menemui pasukan Afghanistan di medang tempur dan harus melancarkan serangan-serangan ‘teroris’ seperti ini,” klaim Jenderal John Nicholson, komandan NATO di Afghanistan, mengatakan dalam sebuah pernyataan yang dikirimkan melalui surel kepada LWJ.
Namun, fakta di lapangan mampu membantah pernyataan tak berdasar tersebut. Mujahidin IIA secara terbuka terliat pertempuran dengan pasukan boneka Afghanistan di berbagai wilayah di seluruh Afghanistan. Di selatan, IIA menguasai hampir setengah dari provinsi Helmand dan telah menekan pasukan Afghanistan untuk mundur dari distrik utama di sana. Ibukota provinsi, Lashkar Gah berada di bawah pengepungan. Di utara, IIA melancarkan serangan terkoordinasi di seluruh distrik di provinsi Kunduz sesaat setelah pengumuman dimulainya Operasi Omari pekan lalu. Mujahidin IIA juga bertempur di tempat terbuka di beberapa provinsi di timur dan barat Afghanistan.
Serangan di Kabul hari ini adalah yang terbesar dari sejenisnya sejak Agustus 2015 ketika IIA menargetkan akademi polisi dan basis pasukan khusus AS. (haninmazaya/arrahmah.com)