SINAI (Arrahmah.com) – Dalam pernyataannya yang dirilis ke forum-forum jihad pada Selasa (19/11/2013), Mujahidin Anshar Bait Al-Maqdis mengaku bertanggung jawab atas serangan terhadap Letnan Kolonel Muhammad Mabruk, seorang petugas keamanan nasional senior Mesir di Kairo pada Ahad (17/11) lalu.
Menurut pernyataan tersebut, serangan terhadap Mabruk dilakukan sebagai tanggapan dari penangkapan dan interogasi terhadap sejumlah Muslimah yang dilakukan oleh pasukan junta militer Mesir.
Mabruk dikecam oleh Anshar Bait Al-Maqdis sebagai “salah satu tiran atas Keamanan Negara.” Serangan terhadap Mabruk adalah “bagian dari serangkaian operasi bertema ‘Lepaskan Tahanan Muslimah dari Tangan Tiran’,” tegas Anshar Bait Al-Maqdis.
Kelompok jihad yang berbasis di Sinai ini mengungkapkan bahwa Batalion Billah Mu’tassim mereka bertanggung jawab atas serangan itu. Batalion ini bertugas untuk berusaha “membebaskan para tahanan wanita dan mengejar [mereka] yang [pernah] berpartisipasi dan memberikan kontribusi dalam menangkap mereka [Muslimah], dari petugas dan individu Kementerian Dalam Negeri,” menurut pernyataan itu.
Kelompok ini selanjutnya meminta pada rakyat Mesir untuk bertindak. “Apa yang kalian tunggu setelah penangkapan terhadap kaum perempuan dan pelanggaran terhadap kehormatan? Bangkitlah untuk membela kehormatan kalian, bahkan jika kalian mati dengan itu,” seru kelompok itu sehubungan dengan penahanan yang dilakukan oleh pasukan junta militer Mesir terhadap 22 Muslimah anggota Ikhwanul Muslimim pada akhir Oktober.
Dalam pernyataannya, kelompok jihad ini memperingatkan bahwa para mujahid “siap menunggu [untuk menyerang] orang-orang seperti” Muhammad Mabruk jika para Muslimah yang ditahan tidak dibebaskan. Kelompok ini juga mengatakan siap untuk menerima “setiap informasi yang membantu kita dalam pelacakan para penjahat tiran yang berpartisipasi dalam memenjarakan saudari-saudari kita.”
Sejak penggulingan Presiden Muhammad Mursi pada 3 Juli lalu, telah ada sedikitnya 250 laporan serangan perlawanan di Semenanjung Sinai, yang sebagian besar melawan pasukan junta militer dan aset Mesir. Meski sejak Juli jumlah serangan telah menurun setiap bulannya, hingga pada November ini masih terdapat 26 serangan perlawanan.
Junta militer Mesir telah membantai lebih dari 4000 warga sipil muslim yang tak berdosa saat menyerang massa pengunjuk rasa anti kudeta militer beberapa waktu lalu. Penyerangan dan pembunuhan terhadap massa pengunjuk rasa Muslim itu terus terjadi di Mesir. Menteri Dalam Negeri Muhammad Ibrahim adalah pelaksana dari kebijakan represif junta militer Mesir tersebut.
Sebagai pembalasan atas nyawa ribuan kaum muslimin Mesir yang dibunuh secara zalim tersebut, Jama’ah Anshar Bait Al-Maqdis melakukan serangan bom syahid terhadap konvoi kendaraan Mentri Dalam Negeri Mesir. Mendagri lolos dari kematian dalam serangan tersebut. Namun demikian, kelompok mujahidin dari Semenanjung Sinai yang telah melakukan sedikitnya 17 kali serangan terhadap jalur pipa gas bumi Mesir – “Israel” itu berjanji akan melakukan serangan-serangan susulan untuk membela Kaum Muslimin Mesir.
Sebulan kemudian, seorang mujahid Anshar Bait Al-Maqdis juga melancarkan operasi syahid di Direktorat Keamanan Sinai Selatan di El Tor. Dan pada 19 Oktober lalu, kelompok jihad yang berbasis di Sinai ini menargetkan gedung intelijen militer di kota Ismailia. (banan/arrahmah.com)