YAMAN (Arrahmah.com) – Di tengah sepekan meletusnya pertempuran sengit antara para pejuang Muslim Ahlussunnah (Sunni) melawan milisi pemberontak Syiah Houtsi di Sana’a, Mujahidin Al-Qaeda di Jazirah Arab atau Al-Qaeda in the Arabian Peninsula (AQAP) merilis pernyataan terbaru yang ditujukan kepada umat Islam, lansir LWJ.
“Pernyataan Mengenai Kejahatan dari Fraksi Houtsi Terhadap Kaum Sunni,” yang juga diberi subjudul “Seruan kepada Ahlussunnah” tersebut disebarkan pada Selasa (23/9/2014) melalui akun Twitter AQAP.
Pernyataan ini dimulai dengan mendeskripsikan tindakan Syi’ah Houtsi baru-baru ini di Sana’a sebagai tindakan mencari “penyelesaian proyek Rafidah [Syi’ah] (Persian) di Yaman”. Sejumlah pemimpin komunitas Sunni, serta ulama dan tokoh Islam, disebut dalam pernyataan itu telah membantu dan bersekongkol membantu musuh.
“Hal ini terjadi akibat mereka menutup mata terhadap mereka [Syiah Houtsi] dan dengan tetap diam terhadap kejahatan yang mereka lakukan terhadap kaum Sunni di Sa’ada dan di tempat lainnya,” ungkap pernyataan itu, “dan dengan [bantuan] pertahanan mereka [tokoh Sunni] terhadap mereka [Syiah Houtsi] dalam pengikisan revolusi, mereka mengklaim bahwa mereka [Syiah Houtsi] adalah bagian dari rakyat dan bagian dari revolusinya.”
Pernyataan itu merangkum, “Dengan cara itu, racun menyebar, dan Persia menikam kami dengan belati beracun (Syiah Houtsi) mereka yang diwarisi dari moyang Majusi mereka (Abu Lu’lu’).”
Pernyataan AQAP kemudian memaparkan sejarah akar pemberontakan Syiah Houtsi. Mereka memulainya dengan menjabarkan sejarah Islam di Persia. Setelah penaklukan Arab, “tanah Persia berlindung di bawah naungan syariat” dan Persia “dijinakkan oleh keadilan Islam dan rahmat serta masuk ke dalam agama Allah. Semuanya baik-baik saja sampai Khomeini menipu Persia, menciptakan “Revolusi Rafidi Dua Belas,” dan mulai mencari cara untuk menyebarkannya ke negeri-negeri Muslim lainnya.
AQAP menyatakan bahwa Hussein Badreddin Al-Houtsi, pendiri kelompok Syiah Houtsi, “membawa bendera Rafidi di bumi Yaman” dengan alasan palsu dan sering berubah. Pernyataan AQAP ini menggambarkan pemimpin Syiah Houtsi, Abdul Malik Al-Houtsi “bahkan lebih besar kebohongan, khayalan, dan keberanian dalam kepalsuannya” dan mengutuk dia karena mempersekutukan dirinya dengan diktator Bashar Assad serta Nouri Al-Maliki melawan kepentingan Kaum Muslimin.
“Wahai Ahlussunnah, kalian harus bangun dari mimpi dan tidur kalian,” seru AQAP. Waktu untuk faksionalisme dan tribalisme telah berlalu dan sekarang adalah waktunya untuk “persatuan di bawah bendera rakyat Ahlusunnah [Islam].” Pernyataan itu kemudian mengingatkan pembacanya bahwa “konsekuensi dari pengkhianatan begitu berat” sementara “kemuliaan membantu seorang Muslim begitu besar.”
AQAP kemudian menyampaikan seruan untuk mengangkat senjata. “Wahai Ahlussunnah [Sunni], angkatlah senjata kalian, ambilah jalan perjuangan [jihad], dan ketahuilah bahwa apa yang telah jatuh hanya bisa kembali dengan mengangkat senjata.”
Pernyataan itu menyimpulkan dengan meyakinkan umat Islam Ahlussunnah (Sunni) bahwa kemenangan yang diraih akan menjadi sumber kenyamanan, serta mengingatkan mereka tentang berbagai upaya yang telah AQAP lakukan untuk membela mereka.
Dalam ancaman akhir untuk pemeberontak Syiah Houtsi, AQAP menegaskan, “Kami datang [melawan] kalian, membawa jiwa-jiwa kami di bahu kami dan kami memandangnya sebagai membelanjakannya di jalan Allah [yaitu mati syahid] pengorbanan terbesar kepada Allah.”
(banan/arrahmah.com)