MALI (Arrahmah.com) – Economic Community of West African States (ECOWAS), gabungan dari negara-negara sekuler Afrika Barat, memiliki misi untuk “memulihkan stabilitas” di Mali dengan melakukan mediasi atau bahkan invasi militer.
Pada hari Selasa pekan ini, salah satu negara Afrika Barat Burkina Faso mengirim utusannya, Menteri Luar Negeri Djibrill Yipènè Bassole bersama seorang utusan ECOWAS untuk bertemu dengan kepemimpinan Ansar Al-Din yang mengontrol utara Mali di kota Kidal.
Presiden Burkina Faso Blaise Compaoré telah ditunjuk oleh ECOWAS untuk menjadi mediator dalam ‘krisis’ di Mali. ECOWAS telah mencetuskan niatnya untuk melakukan invasi militer ke Mali, meskipun beberapa pihak masih mempertimbangkan solusi ‘peace talks’.
Mujahidin Ansar Al-Din yang dipimpin oleh Syaikh Iyad Ag Ghaly menyambut baik kedatangan utusan kubu Afrika Barat tersebut. Dalam sebuah video yang dipublikasikan di YouTube, Syaikh Iyad bersama beberapa Mujahidin lainnya dengan ramah menyambut Bassole dan rekannya. Menurut laporan Al-Akhbar, kedua belah pihak tersebut melakukan pembicaraan terkait solusi perdamaian, namun belum diketahui apa hasil dari pembicaraan Mujahidin dengan utusan Afrika Barat tersebut.
Hal ini menjadi bantahan pihak sekuler yang mengatakan bahwa Mujahidin menolak ajakan pembicaraan secara diplomatis. Poin yang perlu diketahui adalah bahwa Mujahidin tidak menolak menempuh jalan damai, jika itu memang memungkinkan dan tidak melanggar Syariah Islam. Sebab misi Mujahidin Ansar al-Din, Al-Qaeda di Maghrib Islam (AQIM), bersama kelompok jihad lainnya adalah untuk menegakkan Syariah Allah di Mali bukan sekedar mengambil alih kekuasaan wilayah. (siraaj/arrahamah.com)