AZAWAD (Arrahmah.com) – Komandan Al Qaeda telah menyeru rakyat Mali untuk menolak intervensi asing sebagai cara untuk memecahkan konflik di negara itu.
“Untuk masyarakat Muslim Mali yang hebat, kami katakan, masalah di negara Anda adalah masalah antara Muslim,” ujar Abu Mosaab Abdulwadud dalam pesan video terbaru yang secara eksklusif diterima oleh Al Jazeera.
“Hal ini dapat diselesaikan secara internal, melalui rekonsiliasi antara Muslim tanpa harus menumpahkan satu tetes darah.”
Berbagai kelompok yang beberapa di antaranya terkait dengan Al Qaeda, telah mengontrol wilayah utara Mali selama delapan bulan terakhir dan menerapkan syariat Islam di sana setelah kudeta tentara berhasil menggulingkan pemerintah pada bulan Maret lalu.
Phhil Rees penulis dalam Islamic Movements mengatakan bahwa Al Qaeda bertujuan untuk membingkai perjuangannya sebagai perjuangan pembebasan nasional.
“Dengar, akan ada tentara asing, ok, mereka berasal dari ECOWAS, kelompok Afrika Barat, namun mereka adalah tentara asing yang datang ke tanah Anda. Kita sekarang berdiri sebagai pembebas negara Anda,” ujar Rees menjelaskan tujuan Al Qaeda.
“Tujuan utama Al Qaeda adalah untuk mendirikan sebuah kekhalifahan,” lanjut Rees.
Barry Pavel, direktur Program Keamanan Internasional Dewan Atlantik mengatakan bahwa pemerintah AS melihat situasi di Mali dengan “kekhawatiran yang berlebih”.
Pihak kafirin dan munafikin menyebarkan propaganda untuk memfitnah Mujahidin dan membuat Mujahidin jatuh di mata publik. Mereka mengatakan syariat Islam yang diterapkan oleh Mujahidin Mali di wilayah utara Mali sangat memaksa dan tidak manusiawi, salah satu contoh yang sering mereka gunakan adalah hukuman potong tangan dan rajam bagi pezina. Selain itu apa yang dilakukan Mujahidin Mali menurut klaim AS akan menghadirkan ancaman terhadap kepentingan AS secara langsung.
Pavel mengatakan bahwa Mali bisa menjadi seperti Afghanistan dan Departemen Luar Negeri AS akan mencoba untuk “mencegahnya” dengan mendukung kekuatan Afrika Barat. Dia menambahkan bahwa bukan negara-negara AS atau Eropa yang akan turun tangan secara langsung, namun “solusi ideal” akan dipimpin oleh negara-negara Afrika. (haninmazaya/arrahmah.com)