(Arrahmah.com) – Melalui sebuah video yang di-upload di YouTube pada Jumat (26/7/2013) pekan lalu, Mujahidin Al–Qaeda Asia Tenggara mengeluarkan peringatan terhadap mantan perdana menteri Thailand Thaksin Shinawatra atas tindakan pemerintahan tangan-besinya terhadap kaum Muslimin di selatan Thailand, lansir SV.
Video tersebut berjudul Al-Qaeda video against former Thailand Prime Minister Thaksin Shinawatra “Video Al–Qaeda melawan mantan Perdana Menteri Thailand Thaksin Shinawatra“.
Dalam video berdurasi 2:45 menit itu, tiga Mujahidin Al-Qaeda terlihat membawa senjata dan salah satunya sambil memegang gambar Thaksin. Mereka menyampaikan bahwa mereka berjanji akan membunuh Thaksin dalam rangka untuk membalas pembunuhan terhadap kaum Muslimin di selatan Thailand yang menjadi korban pemerintahan tangan besi Thaksin Shinawatra selama masa jabatannya sebagai perdana menteri.
“Sekarang kami ingin mengumumkan bahwa mulai sekarang kau akan dibunuh. Kami akan mencoba untuk membunuhmu setiap saat, di mana pun di dunia ini tidak aman lagi bagimu. Kami akan membunuhmu untuk membalas dendam kepedihan umat Islam. Kami menyerukan kepada seluruh umat Islam di dunia untuk mengenali wajahmu dan langsung membunuhmu di mana pun.”
Video itu secara khusus merujuk pada insiden Tak Bai pada Oktober 2004 ketika Thaksin menjabat sebagai perdana menteri, di mana hampir 1.300 Muslim ditahan setelah aksi protes di sebuah kantor polisi di Narathiwat. Mereka diperlakukan dengan kejam oleh polisi dan kemudian ditumpuk satu sama lain secara tidak manusiawi di truk militer. Sejumlah Muslim akhirnya dilaporkan gugur setelah sebelumnya sebanyak 78 orang kehilangan nyawa mereka dalam perjalanan yang sangat menyiksa. Dalam video tersebut, Mujahidin juga menyebut secara eksplisit pemerintahan adik Thaksin, Perdana Menteri Yingluck Shinawatra, saat ini sebagai pemerintahan boneka.
Video itu dirilis saat Thaksin, yang tinggal di pengasingan sejak kudeta militer menggulingkannya pada tahun 2006, memasuki usia ke-64 pada Jumat (26/7) pekan lalu.
Pada Sabtu (27/7), video itu langsung dihapus oleh YouTube karena diklaim telah “melanggar ketentuan tindak kekerasan“ mereka, sehingga saat ini video itu tidak dapat diakses lagi. Sudah ada pihak yang mencoba untuk meng-upload ulang video tersebut, namun kembali mendapat respon yang sama. (banan/arrahmah.com)