KABUL (Arrahmah.id) – Imarah Islam Afghanistan menganggap laporan komite pemantau sanksi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang keberadaan al-Qaeda di Afghanistan tidak akurat dan bertentangan dengan realitas negara saat ini.
Zabiullah Mujahid, juru bicara Imarah Islam, mengatakan kepada Tolo News bahwa pemerintah tidak akan pernah mengizinkan kelompok mana pun menggunakan tanah Afghanistan untuk bertindak melawan negara lain.
Menurut Mujahid, beberapa negara dan kalangan intelijen di Perserikatan Bangsa-Bangsa menggunakan narasi ini untuk melakukan propaganda melawan Afghanistan.
Mujahid berkata: “Imarah Islam tidak mengizinkan kelompok asing atau jahat mana pun untuk beroperasi di Afghanistan, dan kelompok semacam itu tidak ada di sini. Sayangnya, beberapa negara dan kalangan intelijen, melalui organisasi seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Dewan Keamanan, menodai opini publik dan melancarkan propaganda serta kampanye melawan Afghanistan.”
Komite pemantau sanksi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa melaporkan bahwa Imarah Islam telah menyediakan kondisi yang menguntungkan bagi keberadaan al-Qaeda, dengan menawarkan rumah aman dan kamp pelatihan di seluruh Afghanistan, lansir Tolo News (14/2/2025).
Laporan tersebut menyatakan: “Anggota yang kurang dikenal tinggal bersama keluarga mereka di bawah perlindungan dinas intelijen Taliban (Direktorat Jenderal Intelijen) di lingkungan Kabul, sementara para pemimpin senior ditempatkan di daerah pedesaan di luar Kabul. Beberapa Negara Anggota mencatat bahwa Hamza al Ghamdi (tidak tercantum) berada di daerah Shashdarak yang dijaga ketat di Kabul bersama keluarganya.”
“Pembunuhan az-Zawahiri yang belum dikonfirmasi seharusnya tidak mencerminkan keputusan Afghanistan atau keinginan rakyat Afghanistan, dan nasib Afghanistan tidak boleh ditentukan berdasarkan itu. Hal itu harus ditangani sesuai dengan situasi, logika, dan bukti Afghanistan, bukan melalui kebijakan jahat atau spekulasi buta untuk kepentingan pribadi,” kata Abdul Sadiq Hamidzoi, seorang analis politik.
Sementara itu, Sergey Lavrov, Menteri Luar Negeri Rusia, telah menyatakan bahwa situasi di Afghanistan menimbulkan ancaman serius bagi negara-negara tetangga.
Dalam konferensi pers, Lavrov menekankan perlunya kerja sama regional untuk melawan ancaman keamanan di Asia Tengah, khususnya Afghanistan. Ia mengatakan: “Situasi di Afghanistan tetap sulit dan berdampak signifikan pada negara-negara tetangga, termasuk Tajikistan.”
Meskipun masyarakat internasional telah berulang kali menyatakan kekhawatiran tentang potensi ancaman terorisme dari tanah Afghanistan, Imarah Islam telah menyatakan bahwa, sebagaimana tanah Afghanistan sejauh ini belum digunakan untuk melawan negara lain, tanah tersebut tidak akan digunakan untuk tujuan seperti itu di masa mendatang. (haninmazaya/arrahmah.id)